Sabtu, 17 September 2022

SKRIPSI S1 MANAJEMEN BISNIS PARIWISATA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Setiap Hotel mau tidak mau dituntut memiliki Tingkat Hunian yang tinggi. Untuk itu Hotel selalu melakukan Inovasi dalam Strategi Bersaing, dimana strategi bersaing merupakan upaya mencari suatu posisi yang menguntungkan dalam suatu Industri atau Arena Fundamental dimana persaingan berlangsung. Selain itu Teori Pemasaran Modern menyatakan bahwa kunci sukses sebuah perusahaan tergantung pada penyesuaian secara dinamis terhadap lingkungan yang kompleks dan selalu berubah-ubah. Perubahan tersebut ditandai oleh naik turunnya Penjualan Produk atau Jasa yang disebabkan gejolak faktor ekstern (Demografi, Keadaan, Perekonomian, Selera Konsumen dan Persaingan) serta Faktor Intern (penjualan oleh perantara dan penyedia keterbatasan sumber daya, teknologi dan motivasi manajemen).

Hotel dapat mengembangkan strategi bersaing dengan cara mencari kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal. Pengembangan strategi bersaing ini bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi Internal dan Eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal, yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan optimal dari sumber daya yang ada (Freddy Rangkuti, 2006). Pentingnya strategi adalah merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan jangka panjang dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang dihadapi oleh para pesaing dimasa depan untuk mencapai keunggulan bersaing.

Banyan Tree Ungasan Bali merupakan Hotel dengan klasifikasi bintang 5 (lima) yang menjadi tempat penginapan dan banyak dikunjungi para wisatawan. Dengan letak yang strategis, berada di Daerah Wisata cukup terkenal di Bali yaitu di Daerah Ungasan-Uluwatu, dekat dengan pusat perbelanjaan dan hiburan dan tepat di depan pantai Melasti yang banyak dikunjungi Wisatawan Domestik dan Mancanegara, serta tidak jauh dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. Banyan Tree Ungasan terdiri dari 73 unit Hotel, yang dibuat dari bahan bangunan berkualitas tinggi dan lengkap dengan fasilitas arsitektur kontemporer Khas Bali, dengan mengambil latar belakang pemandangan Panorama Samudra Hindia.

Banyan Tree Ungasan Bali mampu bertahan dan bersaing dengan Hotel lainnya karena Banyan Tree Ungasan Bali merupakan Hotel yang sangat kental dengan suasana Pulau Bali. Berada di atas tebing dengan ketinggian 70 meter dari dataran, pemandangan di resort ini sangatlah elok menghadap ke pantai Melasti yang memukau.

Oleh karena itu, Banyan Tree Ungasan Bali harus menjalankan semua operasinya secara efektif dan efisien tidak terkecuali di Bidang Pemasaran. Strategi Pemasaran merupakan langkah yang tepat yang harus ditempuh dan direalisasikan oleh setiap perusahaan yang ingin dapat bertahan di pasar. Dalam hal ini, maka dilakukan analisis yang berkaitan dengan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Hotel guna memajukan usahanya. Strategi terhadap lingkungan eksternal dapat ditetapkan dengan mengetahui apa yang menjadi ancaman (Threats) dan apa yang menjadi peluang (Opportunities) bagi perusahaan. Setelah mengetahui lingkungan eksternal yang dihadapi maka analisis lingkungan internal perlu dilakukan guna mengetahui apa yang menjadi kekuatan (Strengths) dan apa yang menjadi kelemahan (Weaknesses) dari perusahaan.

Perusahaan saat ini berada pada strategi ST, dengan kata lain meskipun perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Mengantisipasi ancaman-ancaman yang mungkin terjadi di masa depan yang dapat menghambat keberhasilan usaha, maka untuk mengantisipasinya maka diperlukan strategi dengan menggunakan analisis SWOT yang merupakan alat yang dapat merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Freddy Rangkuti, 2006).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “Strategi Peningkatan Daya Saing Banyan Tree Ungasan Bali”.

 

B.     Pokok Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana strategi daya saing yang tepat untuk diterapkan oleh Banyan Tree Ungasan Bali?

2. Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Banyan Tree Ungasan Bali?

 

C.    Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.                                                                 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a.    Untuk menentukan strategi daya saing yang tepat untuk diterapkan oleh Banyan Tree Ungasan Bali.

b.    Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada Banyan Tree Ungasan Bali.

 

 

 

2.                           Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan baik secara teoritis maupun praktis.

a.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, memperluas wawasan teori serta dapat dijadikan referensi dan bahan kajian lebih lanjut baik peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian yang sama yang berhubungan dengan analisis SWOT

b.        Manfaat Praktis

1)      Bagi Mahasiswa

a)    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk lebih dikembangkan dan diaplikasikan serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menganalisis kesinkronisasian antara teori dengan penerapan di lapangan.

b)   Merupakan syarat dalam meraih gelar Kesarjanaan Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) “Handayani” Denpasar.

2)    Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) “Handayani” Denpasar

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di perpustakaan dan juga dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang meneliti masalah yang sejenis.

3)        Bagi Perusahaan

Hasil analisis ini sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan yang diharapkan dapat memberikan bahan masukan dalam strategi peningkatan daya saing dengan menggunakan analisis SWOT serta membantu kelancaran kegiatan usaha dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan strategi bersaing.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.    Landasan Teoritis

1.    Landasan Teori

a.       Teori Kualitas Pelayanan

Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, jasa yang ditawarkan organisasi harus berkualitas. Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan (J. Supranto, 2011:228). Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan (Fandy Tjiptono, dkk, 2010:67).

Kualitas pelayanan merupakan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan yang diterima dengan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima dan orientasi semua sumber daya manusia dalam suatu perusahaan terhadap kepuasan pelanggan (Diaz Martin, et.al (2000) dalam Nurdiana (2012)). Menurut Fandy Tjiptono (2010:59), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati pelayanan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan kualitas pelayanan  adalah  sebuah prestasi atau pencapaian dalam pelayanan untuk memenuhi keinginan pelanggan atas pelayanan yang diberikan sehingga sesuai dengan harapannya.

b.      Teori Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan persepsi individu dari kinerja produk atau pelayanan dalam hubungannya dengan harapan (ekspektasi) pelanggan itu sendiri. Masing – masing individu akan memiliki ekspektasi yang berbeda – beda. Hubungan tingkat kepuasan pelanggan dengan prilaku pelanggan dapat diidentifikasi beberapa tipe pelanggan yaitu: 1) apostles yaitu pelanggan yang kinerja produk yang didapat melampaui harapannya sehingga mereka dapat memberikan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang positif kepada orang lain, atau pelanggan ini sangat puas yang menjadi loyal dan terus membeli, 2) defector adalah pelanggan yang cukup puas (netral) dan siap berhenti membeli, 3) tipe konsumen teroris yaitu pelanggan yang mendapat pengalaman negatif yang dapat menyebarkan isu negatif, 4) hostages adalah pelanggan yang tidak senang yang masih membeli karena beberapa kondisi seperti harga yang murah, pelanggan ini susah diajak berbicara karena mereka sering mengajukan keluhan, dan 5) mercenaries adalah pelanggan yang sangat puas yang tidak sesungguhnya loyal, yang mungkin bisa menjadi defector jika mendapat harga murah di tempat lain. Perusahaan harus dapat menciptakan pelanggan apostles, meningkatkan kepuasan pelanggan defector, dan menjadikan mereka loyal. Perusahaan harus menghindari mempunyai pelanggan yang teroris dan hostages, serta mengurangi jumlah pelanggan yang mercenaries (Schiffman dan Kanuk, 2007:9)

Menurut Kotler dkk (2010:13-14) Kepuasan pelanggan adalah jika perusahaan bisa memenuhi ekspektasi (harapan) pelanggan. Ekspektasi pelanggan didasarkan pada pengalaman membeli sebelumnya, opini dari teman, dan informasi pasar. Seorang pemasar harus hati – hati menyusun level ekspektasi pelanggan secara tepat.  Jika mereka menyusun ekspektasi terlalu rendah, pelanggan mungkin puas tetapi gagal menarik pelanggan baru. Jika mereka menetapkan ekspektasi terlalu tinggi, pelanggan/pembeli akan kecewa. Dalam industri hospitality sangat mudah menyusun ekspektasi tinggi karena tamu tidak bisa menilai produk sampai mereka menikmati produk tersebut. Tetapi jika kenyataannya tidak benar maka pelanggan akan sangat tidak puas. Kepuasan pelanggan tergantung pada product’s perceived performance (kinerja yang dirasakan oleh pelanggan) dalam menyampaikan nilai/value pada ekspektasi pelanggan secara relatif. Jika hasil yang dirasakan pelanggan sesuai dengan harapannya maka mereka puas, jika hasil yang dirasakan melebihi ekspektasi maka pelanggan akan gembira. Perusahaan yang pintar membidik kegembiraan pelanggan, hanya menjanjikan yang bisa mereka berikan dan kemudian memberikan lebih dari yang dijanjikan. Salah satu hal yang paling penting dalam bisnis hospitality adalah bagaimana mengembangkan pelayanan/service khususnya budaya pelayanan yang kuat (strong service culture), dimana budaya pelayanan berfokus pada melayani dan memuaskan konsumen.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan kepuasan pelanggan adalah perasaan atau respon pelanggan terhadap suatu hal yang dianggap baik atau memadai dan menyenangkan atau suatu hal yang mengecewakan yang berasal dari konsumsi suatu produk atau jasa setelah membandingkan harapan yang dimilikinya terhadap produk atau jasa dengan apa yang diterimanya dari produk atau jasa tersebut.

c.       Teori Pemasaran Jasa

Pemasaran   adalah   proses   sosial   dan   manajerial   dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2010:7). Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi para stakeholdernya (Fandy Tjiptono, dkk, 2010:5). Sedangkan menurut Stanton (2010:1), Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan produk dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.

Sebagai salah satu bentuk produk, jasa dapat diartikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Fandy Tjiptono, dkk, 2010:6). Jasa (service) adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan akan sesuatu (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2010:266). Sedangkan menurut Nirwana (2010:14), jasa (services) merupakan produk yang berbeda dengan produk yang bersifat bukan jasa atau disebut sebagai barang yang secara fisik dapat diidentifikasi. Karena jasa merupakan bentuk kinerja atau pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

Berdasarkan pengertian jasa tersebut, dapat dikatakan jasa adalah setiap aktivitas yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya bersifat tidak teraba serta tidak menghasilkan kepemilikan sebagai bentuk kinerja atau pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

d.  Teori Strategi Bersaing

Strategi bersaing adalah langkah-langkah strategis yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan persaingan (Hariadi,p.99, 2005). Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi bersaing akan berjalan dengan baik apabila perusahaan mampu menjelaskan keunggulan bersaing yang merupakan suatu nilai lebih dibandingkan pesaing. Keunggulan bersaing ini akan memudahkan perusahaan untuk meraih keuntungan lebih besar dibandingkan pesaing dan memberikan kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan. 

Menurut Porter (1980:5), terdapat lima kekuatan persaingan yang bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri, dan kekuatan-kekuatan yang paling besar akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi. Adapun kelima kekuatan persaingan tersebut adalah:

1) Masuknya pendatang baru

2) Ancaman produk pengganti

3) Kekuatan tawar-menawar pembeli

4) Kekuatan tawar-menawar pemasok

5) Persaingan antar pesaing yang ada

Berdasarkan pengertian strategi bersaing tersebut, dapat dikatakan strategi bersaing adalah setiap langkah strategis yang direncanakan maupun tidak direncanakan untuk dapat diperjuangkan oleh perusahaan.

e.   Teori Perencanaan Strategis

Menurut Stoner (1996:41) definisi perencanaan strategis sebagai berikut:

“Perencanaan strategis merupakan proses pemilihan tujuan perusahaan, penentuan kebijakan dan program yang perlu untuk mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan penetapan metode yang perlu untuk menjamin agar kebijakan program strategis tersebut terlaksana.”

 

Perencanaan merupakan sekelompok usaha yang di nilai efektif, dimana seseorang harus mengetahui tentang pencapaian sesuatu sesuai dengan yang diharapkan sehingga perencanaan strategi dapat berarti pekerjaan merencanakan strategi untuk menuntun seluruh tindakan perusahaan, proses manajerial untuk membangun dan menjaga kesesuaian antara sumber daya organisasi dan peluang pasarnya.

Perencanaan strategis dapat dilakukan dengan proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi, yang digunakan oleh perusahaan dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Selain itu, perencanaan strategis memungkinkan perusahaan mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kegiatan yang cepat berubah. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi adanya perubahan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.

Menurut Stoner (1996:49) proses perencanaan strategis menyajikan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Perumusan tujuan (goal formulation)

2)      Pengidentifikasian strategi dan tujuan berjalan (current objectives and strategy)

3)      Analisis lingkungan (environtmental analysis)

4)      Analisis sumber daya

5)      Pengidentifikasian peluang dan ancaman strategis

6)      Penentuan sejauh mana perubahan strategis dibutuhkan.

7)      Pengambilan keputusan strategis

8)      Pengukuran dan pengendalian program.

Berdasarkan pengertian perencanaan strategis tersebut, dapat dikatakan perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan strategi, mengambil keputusan serta mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai strategi yang diterapkan.

 

 

 

2.    Konsep

a.       Pengertian Hotel

Pada umumnya Hotel merupakan sebuah rumah atau bangunan yang berada pada sebuah lereng pegunungan yang cenderung bukan merupakan tempat tinggal tetap, namun hanya digunakan sebagai tempat tinggal sementara untuk berlibur pemiliknya atau bisa juga disewakan kepada para pengunjung. Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai berikut:

1)        Menurut Gunawan (2007), Hotel merupakan tempat tinggal bersifat sementara yang digunakan saat berlibur dan rekreasi. Hotel digunakan sebagai tempat peristirahatan.

2)        Menurut Muhammad (2003), bahwa Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di Hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki Hotel itu.

Berdasarkan pengertian Hotel dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa Hotel adalah sarana penginapan yang tidak hanya digunakan untuk beristirahat saat berliburan ataupun berekreasi tetapi juga keperluan tertentu untuk sarana tempat berkumpul dan musyawarah (rapat) dengan

memberikan pelayanan jasa kamar dan ruangan rapat.

 

b.      Pemasaran Jasa Hotel

Menurut Kotler (1999) dalam Tjiptono (2005:16) jasa merupakan setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak, maksudnya ada produk jasa murni (seperti child care, konsultasi psikologi, dan konsultasi manajemen) ada pula jasa yang membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama (misalnya kapal untuk angkutan laut, pesawat dalam jasa penerbangan, dan makanan di restoran).

Menurut Hoekstra (Tjiptono 2005:5) konsep pelanggan dan prinsip-prinsip kunci pemasaran dalam keberhasilan perHotelan. Konsep pelanggan dapat dijabarkan kedalam enam karakteristik pokok sebagai berikut:

1)      Diarahkan pada realisasi nilai-nilai pelanggan individual dan redefinisi nilai-nilai tersebut.

2)      Mencakup intimasi antar mitra dalam sistem pemasaran dan konsekuensinya, lebih berfokus pada relasi dibandingkan transaksi.

3)      Menyelaraskan antara preferensi pelanggan dan kapabilitas perusahaan.

4)      Mendorong kesesuaian, antara nilai pelanggan dan kapabilitas perusahaan berdasarkan sistem balikan pasar yang mengukur secara berkesinambungan perilaku, kepuasan, dan kebutuhan pelanggan individual yang belum terpenuhi.

5)      Mencerminkan gagasan bahwa pemasaran merupakan “a state of mind” yang tidak hanya dibatasi pada satu bidang fungsional.

6)      Menstimulasi organisasi internal untuk terus menerus dipantau dan diadaptasikan dengan perubahan kebutuhan dan preferensi pelanggan, serta selalu menempatkan pelanggan sebagai fokus utama.

Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perHotelan. Semakin tingginya tingkat persaingan, meningkatnya kompleksitas pasar dan tamu yang semakin kritis akan pasar, mengakibatkan kegiatan perlu dilakukan secara profesional dan agresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha Hotel tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan tamu.

       Keberhasilan pemasaran Hotel tergantung dari dua faktor, yaitu :

1)    Faktor yang dapat dikendalikan

Menurut Tjiptono (2005:30) bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Bauran pemasaran, yang dituangkan dalam bentuk peralatan pemasaran sebagai berikut:

a)      Produk (product), merupakan merupakan bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b)      Harga (price), merupakan keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis.

c)      Promosi (promotion), meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat produk maupun jasa.

d)     Tempat (place), merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap produk atau jasa bagi para pelanggan potensial.

e)      Orang (people), bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital. Dalam organisasi jasa, setiap orang memiliki dampak langsung bagi output yang diterima oleh pelanggan.

f)       Bukti Nyata (physical evident), merupakan karakteristik “tak dapat disentuh/dirasakan” menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya.

g)      Proses (process), merupakan faktor penting bagi konsumen dengan tingkat kontak pelayanan tinggi

Bauran pemasaran dapat diubah dengan berbagai cara, misalnya: Hotel dapat merubah atau mengganti media yang digunakan untuk mengiklankan produknya dari menggunakan media majalah ke media televisi, atau dari radio ke kupon promosi, sedangkan waktu dan uang merupakan faktor yang sifatnya terbatas.

 

 

 

2)        Faktor yang tidak dapat dikendalikan

Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah kejadian-kejadian diluar jangkauan manajer pemasaran. Faktor ini kadang-kadang disebut faktor eksternal, yang paling sedikit terdapat enam faktor eksternal seperti:

a)      Kompetisi,

b)      Regulasi dan legalisasi,

c)      Lingkungan ekonomi,

d)     Lingkungan teknologi, dan

e)      Sosial-budaya

Konsep pemasaran dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu usaha untuk mempertemukan produk yang dihasilkan oleh Hotel dengan calon tamu yang akan mengkonsumsi produk tersebut. Oleh sebab itu, agar produk yang dihasilkan oleh Hotel (produk nyata ataupun produk tidak nyata) dibeli oleh tamu, maka produk tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, serta sesuai dengan keinginannya. Dalam perusahaan jasa pelayanan, tamu akan melihat atau berhadapan langsung dengan proses produksi barang dan pelayanan secara simultan. Oleh karena itu, dalam usaha jasa pelayanan terjadi hubungan atau kontak langsung antara proses produksi (operation) dengan pelanggan.

 

 

 

c.       Tipe Strategi Generik Porter

Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut juga Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter (1992) mengenalkan strategi generik, sebagai berikut:     

Gambar II.1 Strategi Generik Porter

Biaya yang lebih rendah

Diferensiasi

Sasaran

luas

Sasaran

sempit

Cakupan

Persaingan

     

1.      Keunggulan Biaya

2.      Diferensiasi

3A.Fokus Biaya

3B.Fokus Diferensial

 

 

 

 

 

 

 

Sumber :Michael A. Porter, 1992

1)    Keunggulan Biaya

Keunggulan biaya merupakan strategi generic yang paling jelas diantara strategi generik lainnya, karena dalam strategi ini perusahaan berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam industrinya. Keluasan cakupan pasar perusahaan seringkali penting untuk mencapai keunggulan biaya. Sumber keunggulan biaya bermacam-macam dan bergantung pada struktur industri. Faktor-faktornya meliputi pencapaian skala ekonomis (economies of scale), teknologi swa-milik (proprietary technology), akses khusus ke sumber bahan baku. Sebuah perusahaan dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya dalam industrinya jika ia bisa mengatur agar harganya dapat setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam industri. Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga pesaing, maka posisi biaya rendah dari perusahaan yang unggul biaya ini akan memperoleh laba yang lebih tinggi. Tetapi perusahaan seperti ini tidak boleh mengabaikan basis diferensiasi, apabila produknya tidak dapat dipandang setara dengan produk pesaing oleh para pembeli, perusahaan akan terpaksa menekan harganya jauh di bawah harga pesaing untuk dapat menjualnya.

2)   Diferensiasi

Dalam strategi ini perusahaan berusaha untuk menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang menjadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen untuk memenuhi kebutuhan ini. Cara melakukan diferensiasi berbeda dalam setiap industri. Diferensiasi didasarkan pada produk itu sendiri, sistem pengiriman produk, rancangan pemasaran, serta berbagai cara lain. Perusahaan yang dapat mencapai dan melestarikan diferensiasinya akan menjadi perusahaan di atas rata-rata dalam industrinya jika harga premium yang ditetapkan melebihi biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memperoleh keunikan. Dasar pemikiran dalam strategi ini adalah menuntut perusahaan untuk memilih atribut yang dapat membedakan dari para pesaing. Perusahaan harus benar-benar unik dalam hal tertentu atau dianggap unik agar dapat menikmati harga premium.

3)      Fokus

Strategi ini memilih untuk bersaing dalam cakupan persaingan yang sempit dalam suatu industri. Pemilih strategi ini memilih suatu bagian atau kelompok bagian tertentu dalam industri dan menyesuaikan strateginya untuk melayani kelompok ini secara khusus. Dengan kata lain perusahaan akan fokus berupaya mencapai keunggulan bersaing dalam segmen targetnya walaupun perusahaan ini tidak memiliki keunggulan bersaing secara menyeluruh. Dalam pelaksanaannya, perusahaan skala menengah dan besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya fokus biaya dan fokus. Kedua varian ini didasarkan pada perbedaan antara segmen target yang dipilih oleh perusahaan fokus dengan segmen lain dalam industri tersebut.

4)      Terperangkap di Tengah

Perusahaan yang berusaha menerapkan semua strategi generik tetapi gagal mencapai salah satu di antaranya dinamakan “terperangkap di tengah”. Perusahaan ini tidak memiliki keunggulan dalam bersaing, sehinggga posisi perusahaan biasanya menuju prestasi di bawah rata-rata. Perusahaan yang terperangkap di tengah akan bersaing tanpa keunggulan apapun karena perusahaan pengemuka biaya, diferensiator, dan fokus akan berada dalam posisi lebih baik untuk bersaing di segmen mana pun.

 

d.      Daya Saing

Menurut Sumihardjo (2008:8) pengertian daya saing adalah sebagai berikut:

“kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.”

 

Menurut Kotler (1999:324) perusahaan harus dapat mengidentifikasikan pesaing dengan mengetahui persaingan dari sudut pandang industri dan pasar. Industri dalam hal ini merupakan kelompok perusahaan yang menawarkan produk atau kelas produk yang merupakan pengganti erat satu sama lain. Pemasar mengklasifikasikan industri menurut jumlah penjual, tingkat diferensiasi produk, kehadiran atau ketiadaan penghalang untuk masuk, mobilitas, dan penghalang untuk keluar, struktur biaya, tingkat integrasi vertikal, dan tingkat globalisasi. Dengan menggunakan pendekatan pasar, maka kita dapat mendefinisikan pesaing sebagai perusahaan yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang sama.

Konsep pasar untuk persaingan menunjukkan jumlah pesaing aktual dan potensial yang lebih besar dibandingkan persaingan yang hanya didefinisikan dalam istilah kategori produk. Dengan menentukan profil pesaing langsung dan tidak langsung perusahaan dengan memetakan tahap-tahap pembeli dalam memperoleh dan menggunakan produk. Pada jenis analisis ini memberikan penekanan pada peluang dan tantangan yang dihadapi perusahaan. Menurut Sulastiyono (2008: 350) dalam bersaing setiap perusahaan perhotelan harus mempunyai kemampuan bersaing yang diharapkan seperti persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna sebagai berikut:

1)      Persaingan sempurna

Suatu pasar dapat dikatakan berbentuk persaingan murni apabila memenuhi kondisi sebagai berikut:

a)      Terdapat konsumen dan produsen dalam jumlah yang banyak.

b)      Mempunyai kesamaan atau homogen terhadap produk yang dijual.

c)      Tidak terdapat campur tangan lembaga tertentu.

d)     Konsumen dan produsen mengetahui dengan sempurna tentang keadaan pasar.

e)      Dalam jangka waktu yang lama, terdapat kebebasan bagi setiap industri/Hotel untuk masuk dan keluar dari kegiatan pasar.

2)      Persaingan tidak sempurna

Pada persaingan tidak sempurna, Hotel melakukan penentuan harga diatas biaya marjinal. Apabila terjadi perbedaan harga dengan biaya marjinal tersebut tidak dapat dihindarkan, maka pemerintah atau asosiasi profesi harus berusaha membantu agar Hotel-Hotel sejenis atau serupa lainnya, juga mempunyai perbedaan harga yang relatif sama besarnya dari biaya marjinal. Dalam suatu Hotel seharusnya memiliki kekuatan dorongan untuk melakukan persaingan, intensitas Hotel untuk bersaing tergantung pada hubungan/keterkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain, seperti:

a)      Jumlah dan besar/luasnya cakupan distribusi

Jumlah dan besar/luasnya cakupan distribusi merupakan cara bagi usaha Hotel, seperti dapat dilihat dari banyaknya jaringan Hotel yang tersebar dibeberapa daerah, dan dimiliki oleh suatu badan usaha.

b)      Perbedaan tingkat produksi atau variasi produksi

Perbedaan tingkat produksi atau variasi produksi merupakan tersedianya fasilitas, perlengkapan dan peralatan serta sistem pelayanan yang digunakan untuk menghasilkan produk barang/jasa pelayanan.

c)      Struktur biaya

Struktur biaya merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menciptakan kehandalan bersaing. Karena dalam struktur biaya akan terkait pula penyusunan strategi harga, dimana perubahan harga akan mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan dan penerimaan total.

 

 

 

 

 

Gambar II.2 Kekuatan Dorongan Persaingan

Usaha-usaha hotel potensial yang masuk kedalam persaingan

 

Usaha sejenis sebagai subtitusi yang masuk dalam persaingan

PEMBELI

PEMASOK

 

Industri-industri Perhotelan

 

 

 

 

Berkompetisi, bersaing diantara mereka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: Sulastiyono (2008:350), diolah penulis

3.      Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:

a.         Ginting (2006) melakukan penelitian tentang Analisis SWOT Pada Hotel Danau Toba Internasional Medan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui upaya pemasaran yang perlu dilakukan oleh Hotel Danau Toba Internasional untuk dapat meningkatkan volume penjualan kamar dengan memanfaatkan analisis SWOT secara cermat. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu Analisis SWOT yang dilakukan oleh Hotel Danau Toba lntemasional Medan kurang lengkap, dimana analisis SWOT tersebut tidak menyajikan alternatif strategi, hanya menyajikan identifikasi peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan Hotel tersebut. Saran penulis supaya Hotel Danau Toba lntemasional Medan tetap exist dan survive dalam menghadapi persaingan yang semakin kornpetitif harus menerapkan strategi yang tepat seperti menciptakan pelayanan yang berbeda, menyelenggarakan pelatihan bahasa Inggris dan skill dalam bidang masing-masing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1)        Lokasi penelitian ini di Banyan Tree Ungasan Bali, sedangkan lokasi penelitian sebelumnya di Hotel Danau Toba Internasional Medan.

2)        Penelitian ini meneliti data tahun selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2006.

b.        Dewi Jayanti (2011) melakukan penelitian tentang Analisis SWOT Sebagai Strategi Meningkatkan Daya Saing Pada Hotel Cherry Pink. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) sebagai strategi meningkatkan daya saing pada Hotel Cherry Pink. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini Hotel Cherry Pink belum memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Strategi yang diterapkan oleh Hotel Cherry Pink belum sepenuhnya menggunakan strategi pemasaran yang baik, untuk itu Hotel Cherry Pink harus mengimplementasikan strategi yang cocok digunakan adalah dalam pengoptimalan daya saing dengan mengelola Hotel dengan mengevaluasi dan melakukan strategi yang harus dicapai. Dengan meningkatkan strategi pemasaran dan menambah sarana Hotel agar dapat memberikan kepuasan dan keinginan bagi para pelanggan Hotel Cherry Pink. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1)        Lokasi penelitian ini di Banyan Tree Ungasan Bali, sedangkan lokasi penelitian sebelumnya di Hotel Cherry Pink.

2)        Penelitian ini meneliti data tahun selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2011.

c.         Rizsky Ramadhan Nourlette dan Shinta Wahyu Hati (2017) melakukan penelitian tentang Penentuan Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT Pada Hotel Nongsa Point Marina & Resort dalam Menghadapi Persaingan Bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) sebagai Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT sebagai penentuan strategi dalam menghadapi persaingan bisnis pada Hotel Nongsa Point Marina & Resort. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini Hotel Nongsa Point Marina & Resort berada di atas rata-rata dari keseluruhan posisi strategisnya dalam usaha memanfaatkan kekuatannya, menyembunyikan kelemahannya jika perlu, memanfaatkan peluang-peluang eksternal dan menghindari ancaman-ancaman yang mungkin timbul. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1)        Lokasi penelitian ini di Banyan Tree Ungasan Bali, sedangkan lokasi penelitian sebelumnya di Hotel Nongsa Point Marina & Resort.

2)        Penelitian ini meneliti data tahun selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2017.

d.        Nurul Anwar, Supadi, Rahab, and Lasmedi Afuan (2013) doing research about Strategy to Increase Competitiveness of Batik Banyumasan. The purpose of this study is to formulate the promotion design strategies of Banyumas batik characteristic for improve competitiveness and preserve the Banyumas batik characteristic. The results of study indicated that each regency has a variety of different batik design with a diversity of different philosophies and history that reflects the culture and local wisdom in each regency. Related with promotion strategies, this study found that the promotion activities caried out by craftsmen give effect to the sale of batik banyumasan because most of craftsmen still used promotion strategy through exhibitions and personal selling. Online promotion strategies that use website application can be an alternative marketing strategy to promote their productswith wider coverage and lower cost. The differences between this research with previous research is:

1)        Location of this research is in Banyan Tree Ungasan Bali, while the location of previous research is in Banyumasan.

2)        The purpose of previous research is to formulate the promotion design strategies of Banyumas batik characteristic in 2013, while the purpose of this research is to find out strategy to increase competitiveness in an effort to increase room occupancy rates at the Banyan Tree Ungasan Bali in 2022.

e.         Rahmani Seryasat M., Hajari B., Karimian T., and Hajilo M. (2013) doing research about Rural Tourism Development Strategies Using SWOT Analysis: Case Study. This study is to appropriate solutions and strategies are presented using SWOT analysis for optimum, effective utilization of strengths and opportunities and removing weaknesses and threats in order to achieve tourism and rural development. Empirical analysis in the study area shows that vulnerability threshold for rural areas can be extremely high due to openness to tourists and requires review and present appropriate policies in order to remove the limitations and to apply relative advantages. The differences between this research with previous research is:

1)   Location of this research is in Banyan Tree Ungasan Bali, while the location of previous research is in Ghasran District of Shemiranat City, Tehran, Iran.

2)   The purpose of previous research is to appropriate solutions and strategies are presented using SWOT analysis for optimum, effective utilization of strengths and opportunities and removing weaknesses and threats in order to achieve tourism and rural development in 2013, while the purpose of this research is to find out strategy to increase competitiveness in an effort to increase room occupancy rates at the Banyan Tree Ungasan Bali in 2022.

 

B.  Kerangka Pemikiran

Menurut Zimmerer (2003:37) perencanaan strategis bukan merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus berlangsung. Pemikiran strategis tidak memiliki titik akhir, dan akibatnya proses perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses perencanaan manajemen strategis adalah mengenali lingkungan internal perusahaan (strength, weaknesses) dan lingkungan eksternal perusahaan (opportunity, threat).

Analisis SWOT merupakan cara yang sistematis dalam mengidentifikasi ancaman dan peluang agar dapat membedakan lingkungan yang akan datang sehingga dapat ditemukan masalah yang ada. Analisis SWOT mengevaluasi keunggulan strategis untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan perusahaan pada saat ini, selanjutnya merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan.

      Perumusan strategi merupakan keputusan mengenai jalan yang akan ditempuh untuk mencapai apa yang sudah ditetapkan dengan objektif (Yosal Iriantara, 2004: 28). Ketika merumuskan strategi, perlu mempertimbangkan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan agar perusahaan memperoleh pemilihan strategi yang paling tepat untuk diimplementasikan.

Implementasi strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan pilihan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana strategis (Yosal Iriantara, 2004: 35). Implementasi merupakan proses yang digunakan untuk menjalankan strategi dan kebijakan melalui pengembangan program yang digunakan dalam pengoptimalan strategi daya saing. Daya saing merupakan kekuatan untuk menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompak/ industri tertentu (Sumihardjo, 2008:8). Melalui program-program itulah diharapkan perusahaan mampu meningkatkan tingkat hunian Hotel dan mampu menguasai serta mempertahankan posisi dalam pasar. Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis secara skematis menetapkan kerangka konseptualnya sebagai berikut:

Gambar II.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

 

Implementasi Strategi

Perencanaan

Strategi

Program

Daya Saing

 

Analisis

SWOT

Tingkat

Hunian

                                                

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                          


BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Obyek dan Subyek Penelitian

1.    Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada Banyan Tree Ungasan Bali. Banyan Tree Ungasan Bali memiliki tingkat hunian yang rendah dibandingkan dengan Hotel-Hotel lainnya di sekitar wilayah Badung. Karena hal tersebut maka diperlukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar pihak manajemen perusahaaan memperoleh suatu strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing Banyan Tree Ungasan Bali di tengah-tengah persaingan dunia bisnis perHotelan khususnya di Bali.

  Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diperoleh dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Kekuatan dalam hal ini merupakan kompetensi khusus yang terdapat pada Banyan Tree Ungasan Bali dalam mempertahankan posisinya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja Banyan Tree Ungasan Bali. Peluang adalah kecenderungan lingkungan yang menguntungkan posisi Banyan Tree Ungasan Bali. Ancaman adalah suatu kecenderungan lingkungan yang tidak menguntungkan yang dapat merugikan posisi Banyan Tree Ungasan Bali.

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel faktor internal adalah produk, harga, promosi, tempat, orang, bukti nyata, dan proses, sedangkan untuk faktor eksternal adalah lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan demografi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan hukum/politik.

Setelah mengidentifikasi faktor eksternal melalui ancaman dan peluang sehingga dapat membedakan lingkungan yang akan datang, dan mengetahui faktor internal melalui kekuatan serta kelemahan perusahaan, selanjutnya menganalisis posisi perusahaan saat ini, lalu merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, dalam upaya peningkatan daya saing sehingga tingkat hunian Hotel meningkat dan mampu menguasai serta mempertahankan posisi dalam pasar.

2.    Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pihak manajemen Hotel dan konsumen yang pernah membeli produk atau merasakan pelayanan pada Banyan Tree Ungasan Bali.

 

B.     Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel dalam penelitian ini adalah:

 

 

1.      Daya Saing

Daya saing adalah keunggulan kompetitif perusahaan pada suatu industri yang ditentukan oleh jangkauan bersaingnya, yaitu keluasan pasar sasaran untuk bisnis atau perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus memiliki daya saing untuk dapat bertahan di pasar.

2.      Strategi

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pada pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi ini di dalam bisnis yang dilakukan.

 ,

C.    Populasi dan Sampel

Menurut Augusty T. Ferdinand (2006) mendefinisikan populasi dan sampel sebagai berikut:

“Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena dipandang sebagai sebuah semesta penelitian. Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel.”

 

 Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan cara menentukan target elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pelanggan/konsumen Banyan Tree Ungasan Bali periode Maret 2022 sebagai populasi, yaitu sebanyak 143 orang, sampel yang dipergunakan sebanyak 26 orang, dengan kriteria pelanggan/konsumen yang pernah membeli produk atau merasakan pelayanan pada Banyan Tree Ungasan Bali lebih dari 5 hari. Alasan peneliti mengambil sampel sebanyak 26 orang adalah karena dari 143 orang sebagai populasi, 26 diantaranya adalah konsumen yang telah merasakan pelayanan Banyan Tree Ungasan lebih dari 5 hari. Peneliti memilih waktu lebih dari 5 hari karena peneliti menganggap konsumen tersebut lebih banyak merasakan pelayanan dan fasilitas yang disediakan oleh Banyan Tree Ungasan Bali, dibandingkan dengan konsumen yang menginap kurang dari 5 hari. Untuk pihak manajemen Hotel yang dirasa paling tepat oleh peneliti adalah Executive Assistant Manager, setiap Head Department dan Assistant Head Department karena Executive Assistant Manager dan Head Department wajib menghadiri briefing pagi di Hotel, sedangkan Assistant Head Department akan menggantikan Head Department yang berhalangan hadir. Selain itu kriteria lainnya adalah memiliki masa kerja jabatan lebih dari satu tahun, yang semuanya berjumlah 15 orang.

 

 

D.    Jenis dan Sumber Data

1.    Jenis Data

Data merupakan faktor yang penting untuk menunjang suatu penelitian. Jenis data berdasarkan sifatnya, yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.         Data kuantitatif, adalah data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2004:14). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tingkat hunian beberapa Hotel di wilayah Badung.

b.        Data kualitatif, merupakan data yang tidak berbentuk angka-angka hanya berupa penjelasan-penjelasan dan tidak dapat diukur dengan satuan hitung (Sugiyono, 2004:14). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data kualitatif adalah data mengenai gambaran umum Banyan Tree Ungasan Bali & struktur organisasi Banyan Tree Ungasan Bali.

2.    Sumber Data

Berdasarkan sumbernya data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a.         Data primer, merupakan data yang berasal dari sumber pertama yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan yang diteliti. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dan kuesioner dengan pihak-pihak terkait.

b.        Data sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini data sekunder yang dikumpulkan berupa data hunian Hotel di Badung, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain.

 

E.     Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1.    Kuesioner

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

2.    Wawancara

Merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab responden atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang dilakukan pada Banyan Tree Ungasan Bali.

3.    Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti mengenai kegiatan, bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang digunakan oleh Banyan Tree Ungasan Bali.

 

 

 

4.    Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan melalui pencatatan data atas data-data yang dimiliki oleh Banyan Tree Ungasan Bali untuk mendapatkan data yang mendukung dalam penelitian ini.

 

F.     Teknis Analisis Data

1.      Matriks Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) dan Matriks External Factors Analysis Strategies (EFAS)

Matriks Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) merupakan formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan diantara area fungsional bisnis. Sedangkan External Factors Analysis Strategies (EFAS) berguna untuk memungkinkan para penyusun strategi merangkum dan mengevaluasi informasi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan hukum/politik. Matriks IFAS dan EFAS dapat dibuat dengan beberapa tahap, antara lain:

a.         Tuliskan faktor internal untuk IFAS dan faktor eksternal untuk EFAS yang diidentifikasikan. Buatlah sedetail mungkin, gunakan persentase, ratio dan angka komparatif.

b.        Berikan bobot berkisar 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengidentifikasikan tingkat penting relatif memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor yang dianggap memilki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0.  Nilai bobot dihitung sebagai berikut:

                    NB = JK/TK

                    Keterangan:

                    NB = Nilai Bobot

JK = Jumlah Kepentingan (total dari kepentingan tiap pertanyaan )

TK =Total Kepentingan (total dari jumlah kepentingan)

Skala likert untuk kepentingan adalah 1 sampai 5:1 = tidak penting, 2 = kurang penting, 3 = cukup penting, 4 = penting, 5 = sangat penting.

c.         Untuk faktor internal berikan rating-4 sampai 4 untuk masing-masing faktor internal untuk mengindikasi apakah faktor tersebut menunjukkan 4= sangat kuat, 3= kuat, 2= kurang kuat, 1= sedikit kuat, untuk faktor internal kekuatandan -1= sedikit lemah, -2= cukup lemah, -3=lemah, -4=sangat lemah, untuk faktor internal kelemahan. Sedangkan untuk faktor eksternal berikan rating 4 sampai -4 untuk masing-masing faktor eksternal untuk mengidentifikasi apakah faktor tersebut menunjukkan 4 = Sangat berpeluang, 3= Berpeluang, 2 = Cukup berpeluang,  1= Sedikit berpeluang, untuk faktor eksternal peluang dan -1 = sedikit mengancam, -2= cukup mengancam, -3= mengancam, -4= sangat mengancam, untuk faktor eksternal ancaman. Untuk rating dihitung sebagai berikut:

NR= JR/TRP

Keterangan:

NR = Nilai Rating

JR = Jumlah Rating (total dari rating tiap pertanyaan )

TRP = Total Responden

d.        Kalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan skor untuk masing-masing variabel.

e.         Jumlahkan skor untuk menentukan total skor untuk organisasi.

2.    Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)

Matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (Mariks SPACE) merupakan alat penting dalam pencocokan pada tahap 2, yang mana kerangka kerja empat kuadran mengindikasikan apakah strategi agresif, strategi turn around (konservatif), strategi defensif dan strategi kompetitif yang paling cocok dengan perusahaan. Sumbu matriks SPACE mewakili dua dimensi internal, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan, dan dua dimensi eksternal, yaitu faktor peluang dan ancaman. Keempat faktor tersebutlah yang menjadi penentu yang paling penting dari keseluruhan posisi strategis perusahaan. Adapun tahapan-tahapan dalam membuat diagram matriks SPACE:

a.          Akumulasikan total skor bobot masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, untuk faktor kekuatan (Strenght) total skor bobot dikurangkan dengan total skor bobot faktor kelemahan (Weakness). Selisih tersebut sebagai nilai sumbu X dalam kuandran strategi.

b.         Akumulasikan total skor bobot masing-masing faktor peluang dan ancaman, untuk faktor peluang (Opportunity) total skor bobot dikurangkan dengan total skor bobot faktor ancaman (Treats). Selisih tersebut sebagai nilai sumbu Y dalam kuandran strategi.

c.          Sehingga diperoleh titik di kuadran strategi (X, Y), dan diketahui posisi perusahaan di kuadran berapa. Selanjutnya penentuan strategi guna meningkatkan posisi perusahaan.

       Sedangkan rumus yang dipergunakan untuk menetukan posisi perusahaan dalam diagram matriks SPACE adalah:

            y  – y1  =   x     x1

            y2 - y1         x2 – x1

3.    Matriks SWOT

Pengoptimalan strategi daya saing yang dilakukan oleh Banyan Tree Ungasan Bali terdapat dalam dua segi yaitu segi internal dan segi eksternal. Menurut Freddy Rangkuti (2002: 19), SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja (Wordpress.com, 2010). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal. Dengan diagram analisis SWOT:

 

 

Gambar III.1 Diagram Analisis SWOT

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

 

 


II. Mendukung Strategi Turnaround              I. Mendukung Strategi Agresif

 

III. Mendukung Strategi Defensif                IV. Mendukung Strategi Diversifikasi

 

Sumber: Freddy Rangkuti (2002)

 

KUADRAN I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented strategy).

KUADRAN II: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

 KUADRAN III: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

KUADRAN IV: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Menurut Kotler (1999 : 88) analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Salah satu alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang) adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Tabel III.1 Matriks SWOT

 

IFAS

 

EFAS

STRENGHTS (S)

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

 

THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Sumber : Rangkuti (2002:31)

 

 

1)      Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2)      Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3)      Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4)      Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Setelah melakukan analisis SWOT, langkah selanjutnya adalah membuat keputusan strategis yang merupakan fungsi dan tanggung jawab dari semua manajer dalam setiap tingkatan, terutama manajer puncak. Keputusan ini akan di pakai sebagai bahan untuk membangun filosofi organisasi dan pernyataan misi, membangun sasaran baru dan memilih strategi yang tepat. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis. Alternative strategi yang merupakan strategi yang tepat untuk dilaksanakan oleh Banyan Tree Ungasan Bali.

 

 

4.   Metode Analisis Sebab Akibat

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sebab akibat dengan pendekatan mekanisme penggunaan metoda Diagram Tulang Ikan. Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode/tool untuk mengetahui faktor – faktor yang berakibat pada suatu karakteristik kualitas jasa. Diagram ini disebut dengan cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. bernama Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo.

Diagram tulang ikan juga sering disebut dengan diagram ishikawa. Awalnya metode diagram tulang ikan, lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Ishikawa juga diperkirakan sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Disebut sebagai diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone adalah untuk design produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Langkah-langkah untuk belajar dan menerapkan diagram tulang ikan adalah:

1)   Fokuskan pada satu hal akibat yang diamati, di ruang lingkup yang lebih kecil dahulu. Kemudian lanjut hal yang besar.

2)   Tentukan sebab lebih dari satu, untuk mengetahui penyebab lainnya. Agar dapat menyusun strategi yang tepat.

3)   Buatlah usulan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dari sebab-sebab permasalahan.

Ishikawa, 1990 menggambarkan tentang diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya sehingga diagramnya menjadi sebagai berikut:

Gambar III.2 Diagram Tulang Ikan (Sebab Akibat)

Daya Saing

Produk

Harga

Promosi

Tempat

Orang

Bukti nyata

 

Pelanggan

Ling.

ekonomi

Proses

Pesaing

Hukum/Politik

Ling.

SosBud

Ling.

Teknologi

1

2

5

3

6

8

10

12

11

20

19

22

25

27

29

28

30

21

31

4

7

15

17

24

23

26

18

9

13

14

16

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Keterangan:

1.        Fasilitas kamar Hotel berbintang 5 (lima)

2.        Makanan dan minuman dengan konsep halal

3.        Tingkat harga kamar Hotel

4.        Tingkat harga makanan dan minuman

5.        Pengenalan produk/ jasa Hotel melalui media

6.        Lokasi Hotel yang strategis dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan berada di Ungasan-Uluwatu.

7.        Ketersediaan lahan parkir

8.        Kualitas pelayanan karyawan keramahtamahan karyawan

9.        Komunikasi karyawan kepada pelanggan

10.     Brand image

11.     Tampilan signboard image

12.     Kondisi fisik gedung

13.     Sistem informasi pada Hotel

14.     Jaringan WI-FI

15.     Penggunaan mesin Genset

16.     Layout ruang tunggu

17.     Kepedulian Hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan

18.     Konsep bangunan

19.     Proses pelayanan karyawan

20.     Prosedur check in dan check out

21.     Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali

22.     Tingkat pertumbuhan investasi di Bali

23.     Nilai tukar mata uang

24.     Krisis ekonomi di beberapa Negara Eropa dan Amerika

25.     Tingkat kemacetan

26.     Tingkat keamanan

27.     Banyaknya Hotel bintang 4 dan 5 di kawasan Badung

28.     Selera konsumen

29.     Peraturan dan kebijakan pemerintah

30.     Kondisi politik.

      Berikut beberapa proses dengan menggunakan metode ini :

a.       Menemukan persoalan, yakni: meneliti mengenai cara peningkatan tingkat hunian Hotel dan daya saing pada Banyan Tree Ungasan Bali.

b.      Menemukan faktor penyebab, yakni : ada banyak faktor yang berpengaruh dalam peningkatan tingkat hunian Hotel dan daya saing, namun  dalam hal ini peneliti memilih faktor-faktor, yakni produk, harga, promosi, tempat, orang, bukti nyata, proses, lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan hukum/politik. Dan dalam hal ini peneliti menggunakan kuesioner.

c.       Merencanakan strategi dan implementasi strategi melalui program-program agar faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, sehingga tingkat hunian Hotel dan daya saing perusahaan dapat ditingkatkan.


BAB IV

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

 

A.      Sejarah Perusahaan dan Struktur Organisasi

1.                    Sejarah Singkat Perusahaan

Banyan Tree Bali merupakan salah satu hotel bintang 5 di Bali yang terletak di daerah Ungasan – Uluwatu. Karena lokasinya ini, Banyan Tree Bali juga sering disebut dengan nama Banyan Tree Ungasan. Resort Bali ini merupakan salah satu hotel dibawah jaringan hotel internasional, yaitu Banyan Tree Hotels & Resorts. Berlokasi di daerah Uluwatu, Banyan Tree Bali memiliki pemandangan yang sangat indah. Oleh karena itu, Banyan Tree Ungasan Bali sering digunakan untuk event wedding, maupun digunakan sebagai hotel untuk ber bulan madu di Bali. Banyan Tree Ungasan berlokasi di daerah wisata paling terkenal di Bali yaitu di Badung. Dekat dengan pusat perbelanjaan dan hiburan dan tepat di depan pantai Melasti yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Banyan Tree Ungasan menyadari pula akan adanya perbedaan dalam kepentingan, kebutuhan, keinginan dan harapan dari para tamu. Untuk memenuhi perbedaan – perbedaan tersebut dan untuk menjaring semua tamu dari berbagai macam strata sosial maka Banyan Tree Ungasan menciptakan jenis produk yang berbeda dalam segi peruntukan, lokasi, desain bangunan dan sistem pelayanan. Banyan Tree Ungasan didirikan sekitar tahun 2009 dan secara resmi beroperasi 22 Januari 2011, dengan tujuan untuk ikut mendukung program Pemerintah dalam bidang kepariwisataan khususnya perhotelaan. Hotel ini mulai diresmikan dan beroperasi dengan jumlah 73 unit hotel yang dibuat dari bahan bangunan berkualitas tinggi dan lengkap dengan fasilitas arsitektur kontemporer khas Bali, dengan mengambil latar belakang pemandangan panorama Samudra Hindia. Akomodasi yang tersedia di Banyan Tree Ungasan Bali ini semua bertipe Hotel. Setiap hotel berdiri di private area dan didesain untuk mendapatkan pemandangan yang luar biasa dari resort Banyan Tree Bali. Fasilitas di dalam kamar antara lain kamar mandi berlantaikan marmer yang indah, shower outdoor, private infinity pool, dan outdoor jet pool. Hotel di Banyan Tree Bali dibagi menjadi 3 kategori besar, yaitu Pool Hotel, Sanctuary Hotel dan Presidential Hotel. Pool Hotel memiliki luas 239 m² dan Sanctuary Hotel memiliki luas 315 m² sedangkan Presidential Hotel memiliki luas 680m². Banyan Tree Ungasan Bali juga memiliki fasilitas lainnya, seperti banyan tree spa, banyan tree gallery, ruang meeting, kids club, fasilitas fitness, kolam renang, perpustakaan, Ju-Ma-Na Bar, Tamarind Restaurant, Bambu Restaurant, dan In-Hotel Dining. Banyan Tree Ungasan berorientasi kepada “ECO FRIENDLY RESORT” dengan mempehatikan fokus ramah lingkungan.

Misi dan tugas yang dimiliki oleh Banyan Tree Ungasan adalah Banyan Tree Ungasan akan memberikan pelanggan – pelanggannya pengalaman yang unik melalui pelayanan yang sempurna di dalam lingkungan yang berciri khas Bali. Adapun nilai – nilai atau pedoman yang dimiliki oleh Banyan Tree Ungasan agar di dalam pelayanannya baik kepada tamu, manajemen, dan juga karyawan berjalan dengan lancar.

2.    Struktur Organisasi

Dalam membentuk suatu organisasi seharusnya dibuat struktur organisasi (Gammahendra, Hamid, & Riza, 2014). Setiap perusahaan memerlukan adanya struktur organisasi yang jelas agar mampu menjalankan setiap kegiatan operasional perusahaan dengan baik dan secara terarah sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Struktur organisasi yang ada pada perusahaan memungkinkan adanya koordinasi antar bagian-bagian yang ada di dalamnya guna pengambilan langkah-langkah ataupun keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan. Sesuai dengan uraian mengenai struktur organisasi tersebut, penulis sajikan pada Gambar IV.1 sebagai berikut:

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Banyan Tree Ungasan Bali

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

a. General Manager

Tugas dari General Manager adalah sebagai berikut:

1)        Melakukan pembinaan operasional sehingga tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas service yang baik serta melakukan pembinaan dalam hubungan masyarakat.

2)        Melakukan pembinaan atas segala kegiatan di bidang administrasi keuangan, material, pembinaan personil dan bidang-bidang lainnya yang ada dilingkungan operasi perusahaan sehingga tercapainya keharmonisan dalam perusahaan.

3)        Pengendalian dan pengawasan operasional atau melaksanakan rencana dan program dari setiap unit kerja. \

4)        Melaksanakan konsultasi dengan Direktorat Jenderal Pariwisata dalam rangka melaksanakan tugas pokok perhotelan dan mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di bidang Pariwisata pada umumnya dan bidang Perhotelan pada khususnya.

5)        Mengusahakan hal-hal yang baik di dalam lingkungan hotel dan maupun diluar lingkungan hotel untuk menarik pengunjung.

6)        Menelaah laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya yang disampaikan oleh Chief Accountant.

b.      Executive Assistant Manager

Tugas dari Executive Assistant Manager adalah sebagai berikut :

1)        Membantu pekerjaan General Manager dalam hal control dan administrasi

2)        Memantau operasional hotel

3)        Menangani control seluruh karyawan di hotel.

c.       Sales Manager

Sales Manager membawahi marketing analyst dan sales promotion. Adapun tugasnya adalah :

1)        Memasarkan produk/ jasa dan produk/ jasa lainnya kepada pihak luar, agar penjualan produk hotel terus meningkat.

2)        Membuat laporan akhir bulan kepada manajer mengenai hasil pekerjaan dan jumlah biaya yang terpakai sebagai biaya pemasaran dan biaya promosi.

d.      Personal Manager

Tugas dari bagian Personal Manager adalah sebagai berikut :

1)        Bertugas dan bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan, pengawasan, dan berperan serta dalam perekrutan karyawan/training.

2)        Membantu dalam pengarahan program pelatihan bagi karyawan.

e.                                                                             Chief Accounting

Chief Accounting membawahi accountant officer, yang bertanggung jawab kepada General Manager. Adapun tugas dari accountant adalah:

1)        Membuat laporan laba rugi secara berkala

2)        Membuat laporan penjualan setiap harinya

3)        Menyelenggarakan pembukuan keuangan perusahaan

f.     Chief Engineering

Adapun tugas dari Engineering/Maintenance adalah sebagai berikut:

1)        Pengawasan seluruh peralatan dan perlengkapan yang ada di Banyan Tree.

2)        Memperbaiki seluruh peralatan yang digunakan oleh Banyan Tree misalnya: mechanic, electric, air condition, gas, furniture dan lain sebagainya agar tetap terpelihara dan berjalan dalam kondisi yang baik .

g.                                                                            Front Office Manager

Adapun tugas dari Front Officer adalah:

1)        Memberikan keterangan-keterangan kepada tamu yang datang maupun menginap

2)        Membukukan penerimaan tamu yang datang dalam buku tamu yang mencakup nama, alamat dan kebangsaan

3)        Membuat laporan penjualan kamar setiap hari

h.                                                                            Executive Housekeeper

Adapun tugas dari House Keeper adalah:

1)        Memelihara dan menjaga kebersihan ruangan kamar.

2)        Menyelenggarakan dan membina interior kamar dan ekterior kamar.

3)        Menyelenggarakan dan memberikan pelayanan dalam hal pencucian pakaian seperti laundry dan dry cleaning.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.  Gambaran Umum Objek Penelitian

1.      Tempat Penelitian

       Tempat dilakukannya penelitian adalah di Banyan Tree Ungasan, yang berlokasi di daerah wisata paling terkenal di Bali yaitu di Ungasan-Uluwatu, Bali. Berada di tempat "terpencil" namun tak jauh dari pusat hiburan dan perbelanjaan Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, dan Seminyak. Dari Banyan Tree Ungasan, para tamu dipermudah dengan akses 30 menit ke bandara Internasional Ngurah Rai, 15 menit ke lapangan golf kelas dunia, dan 15 menit ke berbagai galeri seni yang menawarkan hasil seni tradisional dan kontemporer.

2.      Objek Penelitian

       Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada Banyan Tree. Banyan Tree Ungasan memiliki tingkat hunian yang rendah dibandingkan dengan hotel-hotel lainnya di sekitar wilayah Badung. Karena hal tersebut maka diperlukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar pihak manajemen perusahaaan memperoleh suatu strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing Banyan Tree Ungasan di tengah-tengah persaingan dunia bisnis perhotelan khususnya di Bali.

       Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diperoleh dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Kekuatan dalam hal ini merupakan kompetensi khusus yang terdapat pada Banyan Tree Ungasan dalam mempertahankan posisinya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja Banyan Tree Ungasan. Peluang adalah kecenderungan lingkungan yang menguntungkan posisi Banyan Tree Ungasan. Ancaman adalah suatu kecenderungan lingkungan yang tidak menguntungkan yang dapat merugikan posisi Banyan Tree Ungasan.

      Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel faktor internal adalah produk, harga, promosi, tempat, orang, bukti nyata, dan proses, sedangkan untuk faktor eksternal adalah lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan demografi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan hukum/politik.

       Setelah mengidentifikasi faktor eksternal melalui ancaman dan peluang sehingga dapat membedakan lingkungan yang akan datang, dan mengetahui faktor internal melalui kekuatan serta kelemahan perusahaan, selanjutnya menganalisis posisi perusahaan saat ini, lalu merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, dalam upaya peningkatan daya saing sehingga tingkat hunian hotel meningkat dan mampu menguasai serta mempertahankan posisi dalam pasar.

 

 

B.     Deskripsi Hasil Penelitian

       Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh suatu gambaran mengenai lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), maupun lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dari Banyan Tree Ungasan.

1.      Kekuatan (Strengths) dari Banyan Tree Ungasan

Merupakan faktor internal yang memiliki kekuatan-kekuatan, yang berperan dalam mempengaruhi perkembangan usaha Banyan Tree Ungasan dengan keunggulan kompetitif, dan kemampuan dalam mempertahankan posisinya untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor kekuatan tersebut adalah:

a.       Kualitas makanan dan minuman dengan konsep halal

b.      Tingkat harga makanan dan minuman terjangkau

c.       Lokasi hotel yang strategis, dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai Melasti.

d.      Kerahmahtamahan karyawan yang baik dalam melayani pelanggan

e.       Kemampuan komunikasi karyawan yang baik dalam melayani pelanggan

f.       Brand image hotel yang baik

g.      Jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel

h.      Layout ruang tunggu hotel memadai

i.        Kepedulian hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan

j.        Konsep bangunan hotel yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan konsep budaya Bali

k.      Proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan

2.      Kelemahan (Weaknesses) dari Banyan Tree Ungasan

Merupakan faktor internal yang menjadi penghalang bagi Banyan Tree Ungasan dalam mengembangkan dan melaksanakan aktivitasnya serta mengganggu pencapaian laba maksimum perusahaan.

Faktor-faktor kelemahan tersebut adalah:

a.       Fasilitas kamar hotel berbintang 5 kurang memadai

b.      Tingkat harga kamar hotel tinggi

c.       Pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher dan media lainnya yang kurang

d.      Ketersediaan lahan parkir yang kurang memadai

e.       Tampilan signboard image tidak terlihat

f.       Kondisi fisik gedung hotel yang tidak memadai

g.      Sistem informasi yang tidak terintegrasi pada hotel

h.      Penggunaan mesin Genset kurang memadai

i.        Prosedur check in dan check out yang kurang memadai

3.      Peluang (Opportunities) dari Banyan Tree Ungasan

Merupakan faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh Banyan Tree Ungasan karena lingkungan yang menguntungkan yang dapat meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor peluang tersebut adalah:

a.       Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali meningkat

b.      Pemasangan BTS XL di hotel

c.       Tingkat keamanan yang tinggi di wilayah Badung

d.      Kondisi politik di Indonesia yang kondusif

4.      Ancaman (Threats) dari Banyan Tree Ungasan

Merupakan faktor eksternal yang merintangi kemampuan Banyan Tree Ungasan untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor ancaman tersebut adalah:

a.       Tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat

b.      Nilai tukar mata uang rupiah yang tidak stabil

c.       Krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika

d.      Tingkat kemacetan yang tinggi

e.       Banyaknya hotel bintang 4 dan bintang 5 di kawasan Badung

f.       Peraturan dan kebijakan pemerintah

g.      Selera konsumen yang berubah-ubah 

Dari faktor-faktor Strengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang) yang dimiliki Banyan Tree Ungasan menciptakan strategi SO (Strength Opportunities) yang dikenal juga dengan istilah strategi pertumbuhan agresif (growth oriented strategy). Strengths (kekuatan) dan Threats (ancaman) akan menciptakan strategi ST (Strength Threats) yang merupakan strategi diversifikasi (produk/pasar). Weaknesses (kelemahan) dan Opportunities (peluang) yang akan menciptakan strategi WO (Weaknesses Oppurtunities) yang dikenal sebagai strategi turn-around. Sedangkan Weaknesses (kelemahan) dan Threats (ancaman) menciptakan strategi WT (Weaknesses Threats) merupakan strategi defensif (bertahan).

5.      Matriks Internal Factors Analysis Strategies  (IFAS) dan Matriks External Factors Analysis Strategies  (EFAS)

a.        Matriks Internal Factors Analysis Strategies  (IFAS)

       Berdasarkan hasil kuesioner, maka diperoleh hasil penilaian faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pada Banyan Tree Ungasan sebagai berikut:

Tabel V.1 Matriks Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) untuk Mengetahui Kekuatan (Strengths) Banyan Tree Ungasan

 

No.

Faktor Strategis

Bobot (a)

Rating (b)

Skor

(c=axb)

1

Kualitas makanan dan minuman dengan konsep halal

0.09

2.46

0.22

2

Tingkat harga makanan dan minuman terjangkau

0.09

2.22

0.19

3

Lokasi hotel strategis dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai Melasti

0.09

3.66

0.34

4

Kerahmahtamahan karyawan dalam melayani pelanggan

0.09

3.32

0.30

5

Kemampuan komunikasi karyawan yang baik dalam melayani pelanggan

0.10

3.07

0.29

6

Brand image hotel yang baik

0.10

2.59

0.25

7

Jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel

0.09

2.56

0.24

8

Layout ruang tunggu hotel memadai

0.08

2.88

0.23

9

Kepedulian hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan

0.09

3.29

0.31

10

Konsep bangunan hotel yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan konsep budaya Bali

0.09

3.56

0.31

11

Proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan

0.10

2.90

0.28

 

Total

1.00

 

2.96

Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 1 dan 2, diolah

 

 

Tabel V.2 Matriks Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) untuk Mengetahui Kelemahan (Weaknesses) Banyan Tree Ungasan

 

No.

Faktor Strategis

Bobot (a)

Rating (b)

Skor

(c=axb)

1

Fasilitas kamar hotel berbintang 5 kurang memadai

0.11

-2.34

-0.27

2

Tingkat harga kamar hotel tinggi

0.11

-2.44

-0.27

3

Pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher dan media lainnya yang kurang

0.12

-2.95

-0.35

4

Ketersediaan lahan parkir kurang memadai

0.11

-2.54

-0.18

5

Tampilan signboard image tidak terlihat

0.10

-2.22

-0.23

6

Kondisi fisik gedung kurang memadai

0.12

-2.24

-0.26

7

Sistem informasi yang tidak terintegrasi pada hotel

0.10

-1.76

-0.27

8

Penggunaan mesin Genset kurang memadai

0.11

-2.54

-0.27

9

Prosedur check in dan check out yang kurang memadai

0.12

-2.17

-0.26

 

Total

1.00

 

-2.35

Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 3 dan 4, diolah

b.        Matriks External Factors Analysis Strategies  (EFAS)

Berdasarkan hasil kuesioner, maka diperoleh hasil penilaian faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada Banyan Tree Ungasan sebagai berikut:

 

Tabel V.3 Matriks External Factors Analysis Strategies (EFAS) untuk Mengetahui Peluang (Opportunities) Banyan Tree Ungasan

 

No.

Faktor Strategis

Bobot (a)

Rating (b)

Skor

(c=axb)

1

Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali meningkat

0.25

2.44

0.60

2

Pemasangan BTS XL di hotel

0.24

2.12

0.50

3

Tingkat keamanan yang tinggi di wilayah Kuta

0.28

1.95

0.54

4

Kondisi politik di Indonesia yang kondusif

0.24

2.22

0.53

Total

1.00

 

2.18

Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 5 dan 6, diolah

 

Tabel V.4 Matriks External Factors Analysis Strategies (EFAS) Untuk Mengetahui Ancaman (Threats) Banyan Tree Ungasan

 

No.

Faktor Strategis

Bobot (a)

Rating (b)

Skor

(c=axb)

1

Tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat

0.13

-2.59

-0.34

2

Nilai tukar mata uang rupiah yang tidak stabil

0.15

-2.71

-0.40

3

Krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika

0.14

-3.07

-0.42

4

Tingkat kemacetan yang tinggi

0.14

-2.56

-0.35

5

Banyaknya hotel bintang 3 dan bintang 4 di kawasan Badung

0.15

-3.39

-0.50

6

Peraturan dan kebijakan pemerintah

0.14

-2.90

-0.42

7

Selera konsumen yang berubah-ubah 

0.15

-2.37

-0.36

Total

1.00

 

-2.80

Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 7 dan 8, diolah           

 

6.    Matriks SPACE

       Peneliti mengadakan strategi dalam melihat peluang dan ancaman perusahaan yang dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan dalam melihat posisis kemampuan perusahaan dalam persaingan, dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram matriks SPACE yang mengidentifikasikan posisi usaha dalam empat kuadran. Adapun hasil perbandingan analisis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan analisis eksternal (peluang dan ancaman) pada Villa Banyan Tree sebagai berikut:

 

 

 

 

Tabel V.5 Hasil Pengolahan Faktor Internal

No.

Faktor Strategis

Skor

1

Faktor Kekuatan (Strengths)

2.96

2

Faktor Kelemahan (Weakness)

-2.35

Sumber:Data diolah peneliti

 

Tabel V.6 Hasil Pengolahan Faktor Eksternal

No.

Faktor Strategis

Skor

1

Faktor Peluang (Opportunities)

2.18

2

Faktor Ancaman (Threats)

-2.80

 

 

Sumber:Data diolah peneliti

 

            Cara perhitungan persamaan garis:

Titik A : ( 2.96 ; 2.18)

Titik B : ( 2.96 ; -2.80)

Titik C : (-2.35 ; -2.80)

Titik D : (-2.35 ; 2.18)

Keterangan:

Garis AC ( Sumbu X ) : diagonal yang menghubungkan titik A dengan titik C

Garis BD  ( Sumbu Y) : diagonal yang menghubungkan titik B dengan titik D

Titik E                             : pertemuan antara dua diagonal tersebut yang     menunjukkan posisi perusahaan dalam analisis

Persamaan (1) garis AC :    

 

 


                                          -5.31 y + 11.576  =  -4.98x + 14.741

                                          4.98x  -  5.31 y = 14.741 – 11.576

                                          4.98x  -  5.31 y    = 3.165……………….(1)

Persamaan (2) garis BD  :   

                                                     

 

 


                                          -5.31 y - 14.868  =  4.98x – 14.741

                                          -4.98x  - 5.31 y   = - 14.868  + 14.741

                                          - 4.98x  -5.31 y     = 0.127……………….(2)

Dari persamaan (1) dan (2) :

 

          

                                                                                                    (- )

9.96 x                                      = 3.038

X                                             =   

                                                = 0.31

Untuk nilai Y:

        

       

        

 

Titik E                                     = (0.31,-0.30)

       Maka nilai koordinat titik pertemuan antara diagonal tersebut adalah (0.31;-0.30). Setelah diketahui titik pertemuan diagonal-diagonal tersebut, maka posisi perusahaan diketahui berada pada kuadran IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar V.2 Matriks SPACE

Kelemahan

Kekuatan

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran I

Kuadran IV

Devensif

Conventional

Agresif

Diversifikasi

C (-2.35;-2.80)

 

B (2.96;-2.80)

 

E(0.31;-0.30)

 

D(-2.35;2.18)

 

A ( 2.96;2.18)

 

2.18

-2.80

-2.35

2.96

Text Box: AncamanText Box: Peluang 

 

 


                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                          

      Berdasarkan matriks SPACE, maka dapat dihitung luasan masing-masing kuadran sebagai berikut:

1.      Kaudran I (Strategi SO) menunjukkan strategi Agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, dengan luas kuadran adalah 2.18 X 2.96 = 6.453.

2.      Kuadran II (Strategi WO) menunjukkan strategi Turnaround yaitu diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, dengan luas kuadran adalah -2.35 X 2.18 = -5.123.

3.      Kuadran III (Strategi WT) menunjukkan strategi Defensif yaitu berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman agar tetap bias eksis, dengan luas kuadran -2.35 X -2.80 = 6.58.

4.       Kuadran IV (Strategi ST) menunjukkan strategi Diversifikasi yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, dengan kuadran 2.96 X -2.80 = 8.288.

Karena luasan kuadran tidak ada yang bertanda negatif, maka seluruh luasan dimutlakan positif. Selanjutnya adalah penarikan peringkat atau rangking dari keempat luasan kuadran yang sudah dihitung. Kuadran yang memiliki luas terbesar, berarti memiliki rangking tertinggi, serta berhak mendominasi strategi yang akan dilakukan. Hasil Rangking Luas Kuadran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel V.7 Luas Matriks dan Prioritas Strategi

Rangking

Luas Matrik

Kuadran

Prioritas Strategi

1

8.288

IV

Diversifikasi (ST)

2

6.58

III

Defensif (WT)

3

6.453

I

Agresif (SO)

4

-5.123

II

Turnarround (WO)

Sumber:Data diolah peneliti

 

7.      Matriks SWOT

       Matriks SWOT memberikan alternatif kombinasi strategi dari masing-masing faktor SWOT ke dalam 4 jenis kuadran dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:

c.         Kuadran I menggunakan strategi SO, yaitu berusaha merebut segala jenis peluang dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Jadi faktor peluang yang paling rendah (paling berpeluang) memiliki prioritas terbesar untuk didahulukan dibandingkan dengan peluang yang lain.

d.        Kuadran II menggunakan strategi WO, yaitu perbaikan internal guna merebut peluang yang masih mungkin diperoleh dengan adanya perbaikan tadi. Jadi faktor kelemahan dengan rangking tertinggi (paling lemah) mendapatkan perhatian yang khusus untuk didahulukan agar peluang yang ada tidak hilang.

e.         Kuadran III menggunakan strategi WT, yaitu perbaikan internal dilakukan bukan dengan tujuan merebut peluang, akan tetapi supaya ancaman yang datang dari lingkungan tidak membuat perusahaan bangkrut. Jadi faktor ancaman yang memiliki rangking tertinggi (paling mengancam) perlu diperhatikan dulu dengan memperbaiki faktor kelemahan yang cocok.

f.         Kuadran IV menggunakan strategi ST, yaitu berusaha menghadapi ancaman dari lingkungan dengan semaksimal mungkin. Jadi menggali faktor kekuatan yang rangkingnya terendah (paling kuat) untuk menghadapi ancaman lingkungan.

            Berdasarkan analisis yang dilakukan, Banyan Tree Ungasan berada pada posisi (titik E) yaitu (0.31;-0.30) yang berada pada kuadran IV, sehingga strategi yang diterapkan adalah strategi ST (Strengths and Threats). Selain strategi tersebut dipertimbangkan juga mengenai strategi-strategi lainnya sesuai dengan tuntutan persaingan. Strategi-strategi tersebut dituangkan ke dalam Matriks SWOT, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TABEL V.8

MATRIKS SWOT

 

IFAS

 

 

 

 

 

EFAS

STRENGHTS (S)

 

Variabel-variabel kekuatan pada TABEL 4.1

WEAKNESSES (W)

 

Variabel-variabel kelemahan pada TABEL 4.2

OPPORTUNITIES (O)

 

Variabel-variabel peluang pada TABEL 4.3

 

 

 

STRATEGI SO

-  Meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi.

-  Meningkatkan keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat

STRATEGI WO

-   Melakukan peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 4 (empat).

-   Melakukan strategi harga kamar.

-   Meningkatkan promosi dan kemitraan.

-   Memperbaiki sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik.

-   Memperluas lahan parkir.

 

 

THREATS (T)

 

Variabel-variabel ancaman pada TABEL 4.4

 

 

STRATEGI ST

-    Meningkatkan akses pasar

-    Meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan  minuman

-    Strategi harga makanan dan minuman.

-    Meningkatkan jaringan internet yang handal pada hotel.

-    Memperbaiki layout ruang tunggu hotel

-    Memberikan pelatihan kepada karyawan

 

STRATEGI WT

-   Melakukan strategi kemitraan dengan pesaing.

-   Meningkatkan promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa

-   Menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.

Sumber : Data diolah peneliti

 

 

C.      Pembahasan

1.    Analisis Matriks Internal Factors Analysis Strategies  (IFAS) dan Matriks External Factors Analysis Strategies  (EFAS)

a.    Analisis Matriks Internal Factors Analysis Strategies  (IFAS)

       Matriks IFAS digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi  kekuatan dan kelemahan faktor internal, dan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk matriks IFAS pada Banyan Tree Ungasan, adalah total skor kekuatan (Strengths) 2.96, sedangkan total skor kelemahan (Weaknesses) -2.35. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan kuat secara internal karena total skor kekuatan di atas 2.5 dan total skor kelemahan di bawah -2.5, ini berarti perusahaan masih tetap dapat menjalankan aktivitasnya.

      Akan tetapi, pihak manajemen perusahaan harus mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, salah satunya adalah dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan-kekuatan yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Adapun kekuatan-kekuatan yang dimaksud, yaitu kualitas makanan dan minuman dengan konsep halal, tingkat harga makanan dan minuman terjangkau, lokasi hotel yang strategis, dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai Melasti, kerahmahtamahan karyawan dalam melayani pelanggan, kemampuan komunikasi karyawan yang baik dalam melayani pelanggan, brand image hotel yang baik, jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel, layout ruang tunggu hotel memadai, kepedulian hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan, konsep bangunan hotel yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan konsep budaya Bali, dan proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan.

      Sedangkan kelemahannya adalah fasilitas kamar hotel berbintang 5 kurang memadai, tingkat harga kamar hotel tinggi, pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher dan media lainnya yang kurang, ketersediaan lahan parkir yang kurang memadai, tampilan signboard image tidak terlihat, kondisi fisik gedung hotel yang tidak memadai, sistem informasi yang tidak terintegrasi pada hotel, penggunaan mesin genset kurang memadai, dan prosedur chek in dan chek out yang kurang memadai

b.   Analisis Matriks External Factors Analysis Strategies  (EFAS)

       Matriks EFAS digunakan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan dan hukum/politik. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk matriks EFAS pada Banyan Tree Ungasan, dengan total skor peluang (Opportunities) 2.18, sedangkan total skor ancaman (Threats) -2.80. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan kurang memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal, karena total skor peluang di bawah 2.5 dan total skor ancaman di atas -2.5, ini berarti perusahaan harus memilki antisipasi yang lebih tinggi terhadap segala ancaman yang datang.

      Berdasarkan hasil dari matriks EFAS, maka dapat diketahui peluang yang dimilki oleh Banyan Tree Ungasan, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali meningkat, pemasangan BTS XL di hotel, tingkat keamanan yang tinggi di wilayah Kuta, kondisi politik di Indonesia yang kondusif. Sedangkan ancamannya adalah tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat, nilai tukar mata uang rupiah yang tidak stabil, krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika, tingkat kemacetan yang tinggi, banyaknya hotel bintang 4 dan bintang 5 di kawasan Badung, peraturan dan kebijakan pemerintah, dan selera konsumen yang berubah-ubah .

 

2.        Analisis Matriks SPACE

       Berdasarkan hasil analisis data matriks SPACE diperoleh hasil perhitungan koordinat titik E pertemuan (0.31;-0.30), ini menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kuadran IV (diversifikasi) dengan luas kuadran 8.288. Banyan Tree Ungasan memiliki bobot nilai yang baik dalam lingkungan internal yaitu berada pada posisi Strength dan bobot nilai yang kurang baik dalam lingkungan eksternal karena berada pada posisi Threats, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada strategi ST, dengan kata lain meskipun perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

 

 

3.    Analisis Matriks SWOT

      Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik lingkungan internal dan lingkungan eksternal hotel, yang menghubungkan dengan tujuan dan sasaran. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yang dapat diambil oleh pengelola hotel dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

      Berdasarkan dari identifikasi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal, dibandingkan secara sistematis dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal, maka diperoleh beberapa alternatif strategi pengembangan usaha. Hasil pengembangan alternatif strategi pada Matriks SWOT sesuai tabel IV.8, diperoleh empat set strategi yang dibuat untuk meningkatkan daya saing hotel, yaitu sebagai berikut:

a.      Strategi SO (Strength-Opportunities)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, sebagai berikut:

1)      Meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi.

2)      Meningkatkan keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat.

b.      Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, sebagai berikut:

1)   Melakukan peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5.

2)   Melakukan strategi harga kamar.

3)   Meningkatkan promosi dan kemitraan.

4)   Memperbaiki sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik.

5)   Memperluas lahan parkir

c.       Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman, sebagai berikut:

1)      Melakukan strategi kemitraan dengan pesaing.

2)      Meningkatkan promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa.

3)      Menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.

d.      Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, sebagai berikut:

1)      Meningkatakan akses pasar.

2)      Meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman.

3)      Strategi harga makanan dan minuman.

4)      Meningkatkan jaringan internet yang handal pada hotel.

5)      Memperbaiki layout ruang tunggu hotel.

6)      Memberikan pelatihan kepada karyawan.

 

4.    Analisis Sebab Akibat

     Ishikawa, 1990 menggambarkan tentang diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa alternatif strategi pilihan seperti gambar berikut:

Gambar 4.3 Diagram Tulang Ikan (Sebab Akibat) pada Banyan Tree Ungasan

Daya Saing

1

2

3

4

13

8

7

6

5

12

11

10

9

14

15

16

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Untuk meningkatkan daya saing (tingkat hunian), maka perlu dilakukan analisis sebab akibat. Berikut akan dijabarkan strategi yang dapat dipilih sebagai berikut:

 

 

1)        Meningkatkan akses pasar

Meningkatkan akses pasar merupakan salah satu upaya perusahaan dalam memperluas pangsa pasarnya. Untuk itu strategi yang perlu dilakukan oleh menajemen hotel adalah dengan memperluas tempat-tempat pemasaran di luar negeri ataupun di dalam negeri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hunian kamar dan meningkatkan pendapatan perusahaan.

2)        Meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman

Makanan dan minuman yang ditawarkan oleh Banyan Tree Ungasan perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas ataupun variasinya, karena tidak dapat dipungkiri variasi kuliner saat ini sangat berkembang pesat dengan tetap menjamin kualitas. Untuk itu manajemen hotel harus memiliki program yang tepat, yaitu dengan menyajikan menu makanan dan minuman yang bervarisai dan tentunya tetap berkualitas. Selain itu upaya lainnya adalah setiap makanan dan minuman memiliki rasa yang khas yang tidak ada di tempat lain, sehingga akan menimbulkan ciri khas tersendiri terhadap makanan dan minuman tersebut, dengan begitu akan menimbulkan kepuasan tersendiri dari para tamu saat menginap di Banyan Tree Ungasan. Tamu yang puas, besar kemungkinan akan datang dan kembali ke Banyan Tree Ungasan. Dengan begitu tingkat hunian kamar dapat meningkat, yang berdampak pula dalam peningkatan pendapatan perusahaan.

 

3)        Strategi harga makanan dan minuman

Strategi harga makanan dan minuman perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun program yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen hotel yaitu dengan 3 strategi :

a)    Penetapan harga diskon/ potongan harga, yaitu mendiskon dari harga penjualan tertentu, misalnya pembelian dalam jumlah banyak akan diberi potongan dalam bentuk presentase tertentu.

b)   Penetapan harga psikologis, yaitu penetapan harga untuk menarik konsumen, misalnya makanan dan minuman dihargai Rp 59.999 lebih menarik dari pada Rp 60.000 .

c)    Penetapan harga promosi, yaitu dilakukan dengan menetapkan harga lebih rendah dari pada yang tertera dalam daftar harga. Misalanya : untuk menu baru, di awal-awal dijual dengan harga yang lebih murah.

Program-program tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan, yang disesuaikan dengan harga pesaing, pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Dan diharapkan dapat menarik minat konsumen sehingga upaya peningkatan hunian kamar dapat terwujud, demi peningkatan pendapatan perusahaan.

4)        Meningkatkan jaringan internet yang handal pada hotel

Meningkatkan jaringan internet yang handal pada hotel merupakan salah satu upaya meningkatkan kepuasan para tamu, karena di jaman ini teknologi internet merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen dalam berkomunikasi maupun memperoleh informasi. Untuk itu jaringan hotel haruslah memiliki kualifikasi yang baik agar konsumen tidak kecewa dan merasa sangat nyaman menginap di Banyan Tree Ungasan. Untuk itu adapun program yang perlu dilakukan oleh manajemen hotel adalah menyediakan media untuk akses internet di setiap kamar hotel. Hal ini akan berdampak positif bagi perusahaan, karena dapat meningkatakan tingkat hunian hotel yang sekaligus merupakan pendapatan bagi perusahaan.

5)        Memperbaiki layout ruang tunggu hotel

Melakukan perbaikan layout ruang tunggu merupakan upaya dalam meningkatkan tingkat hunian kamar, karena kenyamanan konsumen saat berada di ruang tunggu sangat erat dengan image yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk itu peruasahaan haruslah memperhatikan hal ini agar pelanggan merasa nyaman saat berada di ruang tunggu. Adapun program yang perlu dilakukan oleh manajemen hotel seperti: mendekorasi ruang tunggu hotel sesuai dengan konsep bangunan hotel yang berbudaya Bali. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

6)        Memberikan pelatihan kepada karyawan.

Salah satu program yang penting dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan pelatihan kepada karyawan secara terus-menerus, yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi dan aktifitas dari karyawan, apalagi dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Hal ini tentu saja harus dilakukan oleh perusahaan, dengan harapan mampu menjadikan karyawan yang berdaya saing, yang mampu memberikan kepuasan kepada para tamu sehingga mampu mendukung perusahaan dalam upaya meningkatkan hunian kamar sehingga pendapatan perusahaan meningkat.

7)        Meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi.

Seperti diketahui signal XL di Banyan Tree tidak bagus, untuk itu perlu dilakukan peningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi yang berdampak pada kuatnya signal XL bagi tamu di hotel. Hal ini merupakan salah satu program yang dilakukan oleh manajemen hotel yang berupaya dalam meningkatkan tingkat hunian kamar.

8)        Meningkatkan keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat.

Salah satu program yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah meningkatkan keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menarik para tamu sehingga tingkat hunian hotel diharapkan meningkat, mengingat tragedi bom Bali tahun 2002 yang masih menyisakan trauma pada para tamu. Diharapkan dengan adanya tingkat keamanan yang diperketat dan lebih tinggi, dapat menjadikan para tamu merasa aman saat berada di Banyan Tree Ungasan, hal ini berarti sekaligus menguntungkan perusahaan, dalam upaya meningkatkan tingkat hunian kamar.

9)        Melakukan peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5

Melakukan peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5, didasarkan pada kondisi hotel saat ini, yaitu fasilitas tv, mini bar, furniture di kamar dan restaurant yang perlu diperbaharui. Untuk itu manajemen hotel perlu melakukan program perbaikan terhadap hal tersebut. Dengan diadakan peningkatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing hotel sehingga mampu meningkatkan tingat hunian kamar.

10)    Melakukan strategi harga kamar.

Strategi harga kamar, perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun program yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen hotel yaitu dengan 3 strategi :

a)    penetapan harga diskon/ potongan harga, yaitu mendiskon dari harga penjualan tertentu, misalnya sewa kamar dalam jumlah banyak akan diberi potongan dalam bentuk presentase tertentu.

b)   Penetapan harga psikologis, yaitu penetapan harga untuk menarik konsumen, misalnya sewa kamar dihargai Rp 499.999 lebih menarik dari pada Rp 500.000 .

c)    Penetapan harga promosi, yaitu dilakukan dengan menetapkan harga lebih rendah dari pada yang tertera dalam daftar harga. Misalnya : pemberian promosi dengan cara harga sewa kamar 3 hari dibayar 2 hari. Program-program tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan, yang disesuaikan dengan harga pesaing, pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Dan diharapkan dapat menarik minat konsumen sehingga upaya peningkatan hunian kamar dapat terwujud, demi peningkatan pendapatan perusahaan.

11)    Meningkatkan promosi dan kemitraan.

Peningkatan promosi perlu ditingkatkan, baik melaui media internet, brosure, voucher maupun media lainnya. Program yang perlu dilakukan untuk meningkatkan promosi adalah memberikan potongan harga kepada tamu yang sering menginap, memberikan paket special bagi tamu yang sedang honey moon, dan memaksimalkan tampilan Web Site Banyan Tree Ungasan dengan menampilkan setiap promosi yang ada dalam periode tertentu dan mengupdate tampilan Web Site agar lebih menarik. Selain itu pihak manajemen perlu meningkatkan kemitraan dengan agen-agen travel, dengan memberikan kepercayaan dan memberikan komisi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan pesaing lainnya. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

12)    Memperbaiki sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik.

Memperbaiki sistem informasi sangat penting untuk kehandalan informasi yang disajikan oleh perusahaan. Selama ini Banyan Tree masih menggunakan sistem manual dalam beroperasi seperti pada bagian pembelian barang dan gudang sering terjadi masalah. Untuk itu adapun program yang sebaiknya dilakukan oleh menajemen hotel adalah melakukan perubahan sistem informasi yang lebih terintegrasi dan canggih sehingga informasi yang diperoleh di setiap departemen lebih cepat dan tepat. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing hotel, sehingga diharapkan tingkat hunian kamar meningkat yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

13)    Memperluas lahan parkir

Dengan memperluas lahan parkir yang ada saat ini, sangat mendukung adanya fasilitas dari Banyan Tree Ungasan, untuk itu program yang perlu dilakukan adalah perlu disiapkan lahan yang memadai untuk perluasan parkir sehingga para tamu yang menginap dapat nyaman dan aman ketika memarkir kendaraannya. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

14)    Melakukan strategi kemitraan dengan pesaing

Melakukan strategi kemitraan dengan pesaing merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan tingkat hunian kamar, yaitu dengan program menjalin kerjasama dengan para pesaing dalam mengisi tingkat hunian kamar, seperti: apabila kamar hotel pada Banyan Tree Ungasan penuh maka akan di supply ke hotel pesaing yang bekerjasama, dan sebaliknya apabila kamar hotel pesaing yang penuh akan di supply ke Banyan Tree Ungasan, tentu saja dengan memberikan komisi sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

15)    Meningkatkan promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa

Meningkatkan promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa penting, karena data terakhir selama tahun 2011, yang mendominasi tingkat hunian di Banyan Tree Ungasan adalah Australia yaitu sebesar 41%, Eropa sebesar 22%, dan sisanya 37 % adalah Asia. Untuk itu perlu dilakukan program dalam upaya meningkatakan pangsa pasar di Negara-Negara Eropa dan Amerika yaitu dengan memberikan promosi yang lebih intensif dan memberikan promosi baik dari segi harga, fasilitas dan hiburan sehingga dapat menarik minat wisatawan Eropa dan Amerika untuk menginap dan mengenal Banyan Tree Ungasan di Bali. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.

16)    Menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan

Peraturan dan kebijakan pemerintah merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh manajemen Banyan Tree Ungasan dalam mengembangkan usahanya. Namun hal ini dapat di atasi oleh manajemen hotel, apabila setiap peraturan dan kebijakan pemerintah yang dianggap berpengaruh terhadap hotel dituangkan ke dalam kebijakan perusahaan. Sehingga kedisiplinan akan tercipta di lingkungan hotel, serta diharapkan Banyan Tree Ungasan terjauhkan dari permasalahan hukum. Hal ini tentu saja akan menciptakan image positif dari para tamu terhadap Banyan Tree Ungasan. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.


BAB VI

PENUTUP

 

A.      Simpulan

      Berdasarkan  hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV , maka strategi yang dapat meningkatkan daya saing dalam upaya meningkatkan tingkat hunian kamar pada Banyan Tree Ungasan adalah meningkatkan akses pasar, meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman, strategi harga makanan dan minuman, meningkatkan jaringan internet yang handal pada Hotel, memperbaiki layout ruang tunggu Hotel, memberikan pelatihan kepada karyawan, meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi, meningkatkan keamanan di wilayah Hotel dengan bekerjasama dengan desa adat, melakukan peningkatan fasilitas pada Hotel sesuai dengan ketentuan Hotel bintang 5, melakukan strategi harga kamar, meningkatkan promosi dan kemitraan, memperbaiki sistem informasi pada Hotel agar terintegrasi dengan baik, memperluas lahan parkir, melakukan strategi kemitraan dengan pesaing, meningkatkan promosi ke Negara-negara di Amerika dan Eropa, menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.

 

 

 

 

B.       Saran

      Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran atau masukan bagi manajemen Banyan Tree Ungasan untuk meningkatkan daya saing dalam upaya meningkatkan tingkat hunian kamar, adalah dengan mengoperasikan strategi-strategi yaitu meningkatkan akses pasar, meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan  minuman, strategi pemasaran dengan mengiklankan di seluruh social media yang ada, strategi harga makanan dan minuman, meningkatkan jaringan internet yang handal pada Hotel, memperbaiki layout ruang tunggu Hotel, memberikan pelatihan kepada karyawan, meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi, meningkatkan keamanan di wilayah Hotel dengan bekerjasama dengan desa adat, melakukan peningkatan fasilitas pada Hotel sesuai dengan ketentuan Hotel bintang 4 (empat), melakukan strategi harga kamar, meningkatkan promosi dan kemitraan, memperbaiki sistem informasi pada Hotel agar terintegrasi dengan baik, memperluas lahan parkir, melakukan strategi kemitraan dengan pesaing, meningkatkan promosi ke Negara-negara di Amerika dan Eropa, menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Gammahendra, F., Hamid, D., & Riza, M. F. 2014. Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2), 1–10.

 

Ginting, Chandra. 2006. Analisis SWOT Pada Hotel Danau Toba Medan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

 

Gunawan. 2007. Hotel Puncak dalam Pemngembangannya. Skripsi Program Studi Arsitektur. Fakultas Teknik. Malang : Universitas Brawijaya. (tidak dipublikasikan).

 

Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Gahlia Indonesia.

 

Ishikawa, Kaoru. 1990. Pengendalian Mutu Terpadu. Diterjemahkan oleh Budi Santoso. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Jayanti, Dewi. 2011. Analisis SWOT Sebagai Strategi Meningkatkan daya Saing Pada Hotel Cherry Pink. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

 

Kotler, Philip & A.B. Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia Jilid Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

 

Muhammad, Bams. 2003. Hotel Sebagai Alternatif untuk Bermusyawarah. Jakarta: Satya Wacana

 

Nurul Anwar, Supadi, Rahab, dan Lasmedi Afuan. 2013, Strategy to Increase Competitiveness of Batik Banyumasan. Dalam International Journal of Business and Social Science. 4 (4): h: 305-311.

 

Porter, Michael A. 1992. Competitive Strategy: Techniques for analyzing industries and competitors, New York: The Free Press, New York: The Free Press.

 

Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

 

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

 

 

Rahmani Seryasat M., Hajari B., Karimian T., dan Hajilo M. 2013, Rural Tourism Development Strategies Using SWOT Analysis: Case Study. Dalam Life Science Journal 2013. 10 (4): h: 395-403.

 

Rizsky, Ramadhan Nourlette & Shinta Wahyu Hati. 2017, Penentuan  Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT  Pada Hotel Nongsa Point Marina  &  Resort dalam Menghadapi  Persaingan Bisnis. Dalam Jurnal Inovasi dan Bisnis. 5 (1): h: 83-102.

 

Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

 

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bandung. Bandung: IKAPI.

 

Sulastiyono, Agus. 2008. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Penerbit Alfabeta.

 

Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Jakarta: Fokusmedia.

 

Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Jakarta: Bayumedia.

 

Wordpress.com.2010

 

Zimmerer, Thomas W, dan Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: Penerbit Prehalindo.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar