BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap Hotel mau tidak mau dituntut memiliki
Tingkat Hunian yang tinggi. Untuk itu Hotel selalu melakukan Inovasi dalam Strategi
Bersaing, dimana strategi bersaing merupakan upaya mencari suatu posisi yang
menguntungkan dalam suatu Industri atau Arena Fundamental dimana persaingan berlangsung.
Selain itu Teori Pemasaran Modern menyatakan bahwa kunci sukses sebuah
perusahaan tergantung pada penyesuaian secara dinamis terhadap lingkungan yang
kompleks dan selalu berubah-ubah. Perubahan tersebut ditandai oleh naik
turunnya Penjualan Produk atau Jasa yang disebabkan gejolak faktor ekstern (Demografi,
Keadaan, Perekonomian, Selera Konsumen dan Persaingan) serta Faktor Intern (penjualan
oleh perantara dan penyedia keterbatasan sumber daya, teknologi dan motivasi
manajemen).
Hotel dapat mengembangkan strategi
bersaing dengan cara mencari kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal
perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal. Pengembangan strategi bersaing ini
bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi
Internal dan Eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan
eksternal, yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan optimal
dari sumber daya yang ada (Freddy Rangkuti, 2006). Pentingnya strategi adalah
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan jangka panjang dan terus menerus
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang dihadapi oleh para pesaing
dimasa depan untuk mencapai keunggulan bersaing.
Banyan Tree Ungasan Bali merupakan Hotel dengan klasifikasi bintang
5 (lima) yang menjadi tempat penginapan dan banyak dikunjungi para wisatawan.
Dengan letak yang strategis, berada di Daerah
Wisata cukup terkenal di Bali yaitu di Daerah Ungasan-Uluwatu, dekat dengan
pusat perbelanjaan dan hiburan dan tepat di depan pantai Melasti yang banyak
dikunjungi Wisatawan Domestik dan Mancanegara, serta tidak jauh dari Bandara I
Gusti Ngurah Rai. Banyan Tree Ungasan terdiri dari 73 unit Hotel, yang dibuat
dari bahan bangunan berkualitas tinggi dan lengkap dengan fasilitas arsitektur
kontemporer Khas Bali, dengan mengambil latar belakang pemandangan Panorama
Samudra Hindia.
Banyan Tree Ungasan
Bali mampu bertahan dan bersaing dengan Hotel lainnya karena Banyan Tree
Ungasan Bali merupakan
Hotel yang sangat kental dengan suasana Pulau Bali. Berada di atas
tebing dengan ketinggian 70 meter dari dataran, pemandangan di resort ini
sangatlah elok menghadap ke pantai Melasti yang memukau.
Oleh
karena itu, Banyan
Tree Ungasan Bali harus
menjalankan semua operasinya secara efektif dan efisien tidak terkecuali di
Bidang Pemasaran. Strategi Pemasaran merupakan langkah yang tepat yang harus
ditempuh dan direalisasikan oleh setiap perusahaan yang ingin dapat bertahan di
pasar. Dalam hal ini, maka dilakukan analisis yang berkaitan dengan
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Hotel guna memajukan usahanya.
Strategi terhadap lingkungan eksternal dapat ditetapkan dengan mengetahui apa
yang menjadi ancaman (Threats) dan apa yang menjadi
peluang (Opportunities) bagi perusahaan. Setelah mengetahui lingkungan
eksternal yang dihadapi maka analisis lingkungan internal perlu dilakukan guna
mengetahui apa yang menjadi kekuatan (Strengths) dan apa yang menjadi
kelemahan (Weaknesses) dari perusahaan.
Perusahaan saat ini berada pada strategi ST, dengan kata lain meskipun perusahaan menghadapi berbagai
ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).
Mengantisipasi
ancaman-ancaman yang mungkin terjadi di masa depan yang dapat menghambat
keberhasilan usaha, maka untuk mengantisipasinya maka diperlukan strategi
dengan menggunakan analisis SWOT yang
merupakan alat yang dapat merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis
(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat
ini (Freddy Rangkuti, 2006).
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Strategi Peningkatan Daya Saing Banyan
Tree Ungasan Bali”.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana
strategi daya saing yang tepat untuk diterapkan oleh Banyan Tree Ungasan Bali?
2.
Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Banyan Tree Ungasan
Bali?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a.
Untuk menentukan strategi daya saing
yang tepat untuk diterapkan oleh Banyan Tree
Ungasan Bali.
b.
Untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman pada Banyan Tree Ungasan Bali.
2.
Kegunaan
Penelitian
Hasil dari penelitian ini
nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan baik secara teoritis maupun praktis.
a.
Manfaat
Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah informasi,
memperluas wawasan teori serta dapat dijadikan referensi dan bahan kajian lebih
lanjut baik peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian yang sama yang berhubungan dengan analisis SWOT
b.
Manfaat
Praktis
1) Bagi Mahasiswa
a) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
referensi bagi penelitian selanjutnya untuk lebih dikembangkan dan
diaplikasikan serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat
menganalisis kesinkronisasian antara teori dengan penerapan di lapangan.
b) Merupakan syarat dalam meraih gelar Kesarjanaan
Program Studi Manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) “Handayani” Denpasar.
2) Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI)
“Handayani” Denpasar
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan
ilmiah di perpustakaan dan juga dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa yang meneliti masalah yang sejenis.
3)
Bagi
Perusahaan
Hasil analisis
ini sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan yang diharapkan dapat memberikan bahan masukan dalam
strategi peningkatan daya saing dengan menggunakan analisis SWOT serta membantu kelancaran kegiatan
usaha dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan strategi
bersaing.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1.
Landasan Teori
a. Teori
Kualitas Pelayanan
Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan,
jasa yang
ditawarkan
organisasi harus berkualitas. Kualitas adalah sebuah kata yang
bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang
harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk
atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik
sebagai pemimpin
pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu
produk jasa adalah tergantung
dari
keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan
keinginan
pelanggan (J. Supranto, 2011:228). Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang
menghasilkan
manfaat (benefits) bagi pelanggan (Fandy Tjiptono,
dkk, 2010:67).
Kualitas pelayanan merupakan
seberapa jauh perbedaan antara
kenyataan yang
diterima dengan harapan
para
pelanggan atas layanan
yang mereka terima dan orientasi semua sumber daya manusia dalam suatu perusahaan terhadap kepuasan
pelanggan
(Diaz Martin, et.al
(2000) dalam Nurdiana (2012)). Menurut Fandy
Tjiptono (2010:59), kualitas
pelayanan adalah
tingkat keunggulan yang
diharapkan
dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan harus
dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir
pada
persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa
citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau
persepsi
pihak penyedia jasa,
melainkan berdasarkan sudut
pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang
mengkonsumsi dan menikmati pelayanan, sehingga
merekalah yang
seharusnya
menentukan kualitas pelayanan.
Berdasarkan pendapat dari
beberapa ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan kualitas pelayanan adalah sebuah prestasi atau pencapaian dalam
pelayanan untuk
memenuhi keinginan
pelanggan atas pelayanan yang diberikan sehingga sesuai dengan harapannya.
b. Teori
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan persepsi
individu dari kinerja produk atau pelayanan dalam hubungannya dengan harapan
(ekspektasi) pelanggan itu sendiri. Masing – masing individu akan memiliki
ekspektasi yang berbeda – beda. Hubungan tingkat kepuasan pelanggan dengan
prilaku pelanggan dapat diidentifikasi beberapa tipe pelanggan yaitu: 1)
apostles yaitu pelanggan yang kinerja produk yang didapat melampaui harapannya
sehingga mereka dapat memberikan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang positif kepada orang
lain, atau pelanggan ini sangat puas yang menjadi loyal dan terus membeli, 2)
defector adalah pelanggan yang cukup puas (netral) dan siap berhenti membeli,
3) tipe konsumen teroris yaitu pelanggan yang mendapat pengalaman negatif yang
dapat menyebarkan isu negatif, 4) hostages adalah pelanggan yang tidak senang
yang masih membeli karena beberapa kondisi seperti harga yang murah, pelanggan
ini susah diajak berbicara karena mereka sering mengajukan keluhan, dan 5)
mercenaries adalah pelanggan yang sangat puas yang tidak sesungguhnya loyal,
yang mungkin bisa menjadi defector jika mendapat harga murah di tempat lain.
Perusahaan harus dapat menciptakan pelanggan apostles, meningkatkan kepuasan
pelanggan defector, dan menjadikan mereka loyal. Perusahaan harus menghindari
mempunyai pelanggan yang teroris dan hostages, serta mengurangi jumlah
pelanggan yang mercenaries (Schiffman dan Kanuk, 2007:9)
Menurut Kotler dkk (2010:13-14) Kepuasan
pelanggan adalah jika perusahaan bisa memenuhi ekspektasi (harapan) pelanggan.
Ekspektasi pelanggan didasarkan pada pengalaman membeli sebelumnya, opini dari
teman, dan informasi pasar. Seorang pemasar harus hati – hati menyusun level
ekspektasi pelanggan secara tepat. Jika
mereka menyusun ekspektasi terlalu rendah, pelanggan mungkin puas tetapi gagal
menarik pelanggan baru. Jika mereka menetapkan ekspektasi terlalu tinggi,
pelanggan/pembeli akan kecewa. Dalam industri hospitality sangat mudah menyusun ekspektasi tinggi karena tamu
tidak bisa menilai produk sampai mereka menikmati produk tersebut. Tetapi jika
kenyataannya tidak benar maka pelanggan akan sangat tidak puas. Kepuasan
pelanggan tergantung pada product’s
perceived performance (kinerja yang dirasakan oleh pelanggan) dalam
menyampaikan nilai/value pada ekspektasi pelanggan secara relatif. Jika hasil
yang dirasakan pelanggan sesuai dengan harapannya maka mereka puas, jika hasil
yang dirasakan melebihi ekspektasi maka pelanggan akan gembira. Perusahaan yang
pintar membidik kegembiraan pelanggan, hanya menjanjikan yang bisa mereka
berikan dan kemudian memberikan lebih dari yang dijanjikan. Salah satu hal yang
paling penting dalam bisnis hospitality
adalah bagaimana mengembangkan pelayanan/service
khususnya budaya pelayanan yang kuat (strong
service culture), dimana budaya pelayanan berfokus pada melayani dan
memuaskan konsumen.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dapat dikatakan kepuasan pelanggan adalah perasaan atau respon pelanggan
terhadap suatu hal yang dianggap baik atau memadai dan menyenangkan atau suatu
hal yang mengecewakan yang berasal dari konsumsi suatu produk atau jasa setelah
membandingkan harapan yang dimilikinya terhadap produk atau jasa dengan apa
yang diterimanya dari produk atau jasa tersebut.
c. Teori Pemasaran Jasa
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran produk serta nilai dengan
pihak lain (Philip Kotler dan Gary
Armstrong, 2010:7). Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses
menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian
rupa sehingga memberikan
manfaat bagi para stakeholdernya (Fandy
Tjiptono, dkk,
2010:5). Sedangkan menurut Stanton (2010:1), Pemasaran
adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang
berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan produk dan
menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Sebagai salah satu bentuk produk,
jasa dapat diartikan sebagai
setiap
tindakan
atau perbuatan yang
dapat ditawarkan oleh
suatu pihak
kepada
pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak
berwujud fisik) dan
tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu (Fandy Tjiptono, dkk, 2010:6). Jasa (service) adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat,
atau kepuasan
yang ditawarkan untuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak
menghasilkan kepemilikan
akan
sesuatu (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2010:266). Sedangkan
menurut Nirwana (2010:14), jasa (services) merupakan
produk yang berbeda dengan produk yang bersifat bukan jasa atau disebut sebagai barang yang secara fisik dapat diidentifikasi. Karena jasa merupakan bentuk kinerja atau
pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan.
Berdasarkan pengertian jasa tersebut, dapat dikatakan jasa
adalah
setiap
aktivitas yang
ditawarkan
oleh
suatu
pihak
pada
pihak lain dan pada
dasarnya bersifat tidak teraba serta
tidak menghasilkan kepemilikan
sebagai bentuk kinerja atau pelayanan yang
diberikan
kepada pelanggan.
d. Teori
Strategi Bersaing
Strategi bersaing adalah langkah-langkah strategis
yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing
sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar, dan
bertahan terhadap tekanan persaingan (Hariadi,p.99, 2005). Dengan demikian
dapat dipahami bahwa strategi bersaing akan berjalan dengan baik apabila
perusahaan mampu menjelaskan keunggulan bersaing yang merupakan suatu nilai
lebih dibandingkan pesaing. Keunggulan bersaing ini akan memudahkan perusahaan
untuk meraih keuntungan lebih besar dibandingkan pesaing dan memberikan
kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan.
Menurut Porter (1980:5), terdapat lima kekuatan
persaingan yang bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan
dalam industri, dan kekuatan-kekuatan yang paling besar akan menentukan serta
menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi. Adapun kelima kekuatan
persaingan tersebut adalah:
1) Masuknya pendatang baru
2) Ancaman produk pengganti
3) Kekuatan tawar-menawar pembeli
4) Kekuatan tawar-menawar pemasok
5) Persaingan antar pesaing yang ada
Berdasarkan pengertian strategi
bersaing tersebut,
dapat dikatakan strategi bersaing adalah setiap
langkah strategis yang direncanakan maupun
tidak direncanakan untuk dapat diperjuangkan oleh perusahaan.
e. Teori Perencanaan Strategis
Menurut Stoner (1996:41) definisi
perencanaan strategis sebagai berikut:
“Perencanaan
strategis merupakan proses pemilihan tujuan perusahaan, penentuan kebijakan dan
program yang perlu untuk mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan
dan penetapan metode yang perlu untuk menjamin agar kebijakan program strategis
tersebut terlaksana.”
Perencanaan merupakan sekelompok usaha
yang di nilai efektif, dimana seseorang harus mengetahui tentang pencapaian
sesuatu sesuai dengan yang diharapkan sehingga perencanaan strategi dapat
berarti pekerjaan merencanakan strategi untuk menuntun seluruh tindakan
perusahaan, proses manajerial untuk membangun dan menjaga kesesuaian antara
sumber daya organisasi dan peluang pasarnya.
Perencanaan strategis dapat dilakukan
dengan proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi, yang
digunakan oleh perusahaan dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman
eksternal dan merebut peluang yang ada. Selain itu, perencanaan strategis
memungkinkan perusahaan mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kegiatan yang
cepat berubah. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat
melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi adanya perubahan lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh
keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen
dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
Menurut Stoner (1996:49) proses
perencanaan strategis menyajikan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perumusan
tujuan (goal formulation)
2) Pengidentifikasian
strategi dan tujuan berjalan (current objectives and strategy)
3) Analisis
lingkungan (environtmental analysis)
4) Analisis
sumber daya
5) Pengidentifikasian
peluang dan ancaman strategis
6) Penentuan
sejauh mana perubahan strategis dibutuhkan.
7) Pengambilan
keputusan strategis
8) Pengukuran
dan pengendalian program.
Berdasarkan pengertian perencanaan strategis tersebut, dapat dikatakan perencanaan
strategis adalah proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan strategi,
mengambil keputusan serta mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya untuk
mencapai strategi yang diterapkan.
2. Konsep
a. Pengertian Hotel
Pada umumnya Hotel
merupakan sebuah rumah atau bangunan yang berada pada sebuah lereng pegunungan
yang cenderung bukan merupakan tempat tinggal tetap, namun hanya digunakan sebagai
tempat tinggal sementara untuk berlibur pemiliknya atau bisa juga disewakan
kepada para pengunjung. Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai
berikut:
1)
Menurut Gunawan (2007), Hotel merupakan
tempat tinggal bersifat sementara yang digunakan saat berlibur dan rekreasi. Hotel
digunakan sebagai tempat peristirahatan.
2)
Menurut Muhammad (2003), bahwa Hotel
adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi
yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, diperuntukkan bagi masyarakat umum,
baik mereka yang bermalam di Hotel tersebut ataupun mereka yang hanya
menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki Hotel itu.
Berdasarkan
pengertian Hotel dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa Hotel adalah
sarana penginapan yang tidak hanya digunakan untuk beristirahat saat berliburan
ataupun berekreasi tetapi juga keperluan tertentu untuk sarana tempat berkumpul
dan musyawarah (rapat) dengan
memberikan
pelayanan jasa kamar dan ruangan rapat.
b. Pemasaran Jasa Hotel
Menurut Kotler (1999) dalam Tjiptono (2005:16) jasa merupakan
setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang
pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk
fisik maupun tidak, maksudnya ada produk jasa murni (seperti child care,
konsultasi psikologi, dan konsultasi manajemen) ada pula jasa yang membutuhkan
produk fisik sebagai persyaratan utama (misalnya kapal untuk angkutan laut,
pesawat dalam jasa penerbangan, dan makanan di restoran).
Menurut Hoekstra (Tjiptono 2005:5) konsep pelanggan dan
prinsip-prinsip kunci pemasaran dalam keberhasilan perHotelan. Konsep pelanggan
dapat dijabarkan kedalam enam karakteristik pokok sebagai berikut:
1)
Diarahkan pada realisasi nilai-nilai pelanggan individual dan
redefinisi nilai-nilai tersebut.
2)
Mencakup intimasi antar mitra dalam sistem pemasaran dan
konsekuensinya, lebih berfokus pada relasi dibandingkan transaksi.
3)
Menyelaraskan antara preferensi pelanggan dan kapabilitas
perusahaan.
4)
Mendorong kesesuaian, antara nilai pelanggan dan kapabilitas
perusahaan berdasarkan sistem balikan pasar yang mengukur secara
berkesinambungan perilaku, kepuasan, dan kebutuhan pelanggan individual yang
belum terpenuhi.
5)
Mencerminkan gagasan bahwa pemasaran merupakan “a state of
mind” yang tidak hanya dibatasi pada satu bidang fungsional.
6)
Menstimulasi organisasi internal untuk terus menerus dipantau
dan diadaptasikan dengan perubahan kebutuhan dan preferensi pelanggan, serta
selalu menempatkan pelanggan sebagai fokus utama.
Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha
perHotelan. Semakin tingginya tingkat persaingan, meningkatnya kompleksitas
pasar dan tamu yang semakin kritis akan pasar, mengakibatkan kegiatan perlu
dilakukan secara profesional dan agresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha Hotel tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuan-tujuan tamu.
Keberhasilan pemasaran Hotel tergantung
dari dua faktor, yaitu :
1)
Faktor yang dapat dikendalikan
Menurut
Tjiptono (2005:30) bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan untuk
membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Bauran
pemasaran, yang dituangkan dalam bentuk peralatan pemasaran sebagai berikut:
a) Produk
(product), merupakan merupakan
bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
b) Harga
(price), merupakan keputusan bauran
harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis.
c) Promosi
(promotion), meliputi
berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat produk maupun jasa.
d)
Tempat (place), merupakan keputusan distribusi
menyangkut kemudahan akses terhadap produk atau jasa bagi para pelanggan
potensial.
e)
Orang (people), bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital.
Dalam organisasi jasa, setiap orang memiliki dampak langsung bagi output yang
diterima oleh pelanggan.
f)
Bukti Nyata (physical evident), merupakan karakteristik “tak dapat
disentuh/dirasakan” menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu
jasa sebelum mengkonsumsinya.
g) Proses
(process), merupakan faktor penting
bagi konsumen dengan tingkat kontak pelayanan tinggi
Bauran pemasaran dapat diubah dengan berbagai cara, misalnya:
Hotel dapat merubah atau mengganti media yang digunakan untuk mengiklankan
produknya dari menggunakan media majalah ke media televisi, atau dari radio ke
kupon promosi, sedangkan waktu dan uang merupakan faktor yang sifatnya
terbatas.
2)
Faktor
yang tidak dapat dikendalikan
Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah
kejadian-kejadian diluar jangkauan manajer pemasaran. Faktor ini kadang-kadang
disebut faktor eksternal, yang paling sedikit terdapat enam faktor eksternal
seperti:
a)
Kompetisi,
b)
Regulasi dan legalisasi,
c)
Lingkungan ekonomi,
d)
Lingkungan teknologi, dan
e) Sosial-budaya
Konsep pemasaran dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
suatu usaha untuk mempertemukan produk yang dihasilkan oleh Hotel dengan calon
tamu yang akan mengkonsumsi produk tersebut. Oleh sebab itu, agar produk yang
dihasilkan oleh Hotel (produk nyata ataupun produk tidak nyata) dibeli oleh
tamu, maka produk tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, serta
sesuai dengan keinginannya. Dalam perusahaan jasa pelayanan, tamu akan melihat
atau berhadapan langsung dengan proses produksi barang dan pelayanan secara
simultan. Oleh karena itu, dalam usaha jasa pelayanan terjadi hubungan atau
kontak langsung antara proses produksi (operation) dengan pelanggan.
c. Tipe
Strategi Generik Porter
Dalam analisanya tentang strategi
bersaing (competitive strategy atau
disebut juga Porter’s Five Forces)
suatu perusahaan, Michael A. Porter (1992) mengenalkan
strategi generik, sebagai berikut:
Gambar II.1 Strategi Generik Porter
Biaya
yang lebih rendah Diferensiasi Sasaran
luas Sasaran
sempit Cakupan Persaingan
1.
Keunggulan Biaya |
2.
Diferensiasi |
3A.Fokus
Biaya |
3B.Fokus
Diferensial |
Sumber :Michael A. Porter, 1992
1) Keunggulan Biaya
Keunggulan biaya merupakan strategi
generic yang paling jelas diantara strategi generik lainnya, karena dalam
strategi ini perusahaan berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam
industrinya. Keluasan cakupan pasar perusahaan seringkali penting untuk
mencapai keunggulan biaya. Sumber keunggulan biaya bermacam-macam dan bergantung
pada struktur industri. Faktor-faktornya meliputi pencapaian skala ekonomis (economies of scale), teknologi
swa-milik (proprietary technology),
akses khusus ke sumber bahan baku. Sebuah perusahaan dapat mencapai dan
mempertahankan keunggulan biaya dalam industrinya jika ia bisa mengatur agar
harganya dapat setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam industri. Dengan
harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga pesaing, maka posisi
biaya rendah dari perusahaan yang unggul biaya ini akan memperoleh laba yang
lebih tinggi. Tetapi perusahaan seperti ini tidak boleh mengabaikan basis
diferensiasi, apabila produknya tidak dapat dipandang setara dengan produk
pesaing oleh para pembeli, perusahaan akan terpaksa menekan harganya jauh di
bawah harga pesaing untuk dapat menjualnya.
2) Diferensiasi
Dalam
strategi ini perusahaan berusaha untuk menemukan keunikan tersendiri dalam
pasar yang menjadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang
dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat
sebesar-besarnya dari konsumen untuk memenuhi kebutuhan ini. Cara melakukan
diferensiasi berbeda dalam setiap industri. Diferensiasi didasarkan pada produk
itu sendiri, sistem pengiriman produk, rancangan pemasaran, serta berbagai cara
lain. Perusahaan yang dapat mencapai dan melestarikan diferensiasinya akan
menjadi perusahaan di atas rata-rata dalam industrinya jika harga premium yang
ditetapkan melebihi biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memperoleh keunikan.
Dasar pemikiran dalam strategi ini adalah menuntut perusahaan untuk memilih
atribut yang dapat membedakan dari para pesaing. Perusahaan harus benar-benar
unik dalam hal tertentu atau dianggap unik agar dapat menikmati harga premium.
3) Fokus
Strategi ini memilih untuk bersaing
dalam cakupan persaingan yang sempit dalam suatu industri. Pemilih strategi ini
memilih suatu bagian atau kelompok bagian tertentu dalam industri dan
menyesuaikan strateginya untuk melayani kelompok ini secara khusus. Dengan kata
lain perusahaan akan fokus berupaya mencapai keunggulan bersaing dalam segmen
targetnya walaupun perusahaan ini tidak memiliki keunggulan bersaing secara
menyeluruh. Dalam pelaksanaannya, perusahaan skala menengah dan besar, strategi
fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya fokus
biaya dan fokus. Kedua varian ini didasarkan pada perbedaan antara segmen
target yang dipilih oleh perusahaan fokus dengan segmen lain dalam industri
tersebut.
4) Terperangkap di Tengah
Perusahaan yang berusaha menerapkan
semua strategi generik tetapi gagal mencapai salah satu di antaranya dinamakan
“terperangkap di tengah”. Perusahaan ini tidak memiliki keunggulan dalam
bersaing, sehinggga posisi perusahaan biasanya menuju prestasi di bawah rata-rata.
Perusahaan yang terperangkap di tengah akan bersaing tanpa keunggulan apapun
karena perusahaan pengemuka biaya, diferensiator, dan fokus akan berada dalam
posisi lebih baik untuk bersaing di segmen mana pun.
d. Daya
Saing
Menurut Sumihardjo (2008:8)
pengertian daya saing adalah sebagai berikut:
“kata daya dalam
kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih
dari yang lain atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki
keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha
menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau
institusi tertentu.”
Menurut Kotler (1999:324) perusahaan harus dapat
mengidentifikasikan pesaing dengan mengetahui persaingan dari sudut pandang industri
dan pasar. Industri dalam hal ini merupakan kelompok perusahaan yang menawarkan
produk atau kelas produk yang merupakan pengganti erat satu sama lain. Pemasar
mengklasifikasikan industri menurut jumlah penjual, tingkat diferensiasi
produk, kehadiran atau ketiadaan penghalang untuk masuk, mobilitas, dan
penghalang untuk keluar, struktur biaya, tingkat integrasi vertikal, dan
tingkat globalisasi. Dengan menggunakan pendekatan pasar, maka kita dapat
mendefinisikan pesaing sebagai perusahaan yang memenuhi kebutuhan pelanggan
yang sama.
Konsep pasar untuk persaingan menunjukkan jumlah pesaing
aktual dan potensial yang lebih besar dibandingkan persaingan yang hanya
didefinisikan dalam istilah kategori produk. Dengan menentukan profil pesaing
langsung dan tidak langsung perusahaan dengan memetakan tahap-tahap pembeli
dalam memperoleh dan menggunakan produk. Pada jenis analisis ini memberikan
penekanan pada peluang dan tantangan yang dihadapi perusahaan. Menurut Sulastiyono (2008: 350) dalam bersaing setiap
perusahaan perhotelan harus mempunyai kemampuan bersaing yang diharapkan
seperti persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna sebagai berikut:
1)
Persaingan sempurna
Suatu pasar
dapat dikatakan berbentuk persaingan murni apabila memenuhi kondisi sebagai
berikut:
a)
Terdapat konsumen dan produsen dalam jumlah yang banyak.
b)
Mempunyai kesamaan atau homogen terhadap produk yang dijual.
c)
Tidak terdapat campur tangan lembaga tertentu.
d)
Konsumen dan produsen mengetahui dengan sempurna tentang
keadaan pasar.
e)
Dalam jangka waktu yang lama, terdapat kebebasan bagi setiap
industri/Hotel untuk masuk dan keluar dari kegiatan pasar.
2)
Persaingan tidak sempurna
Pada persaingan tidak sempurna, Hotel melakukan penentuan
harga diatas biaya marjinal. Apabila terjadi perbedaan harga dengan biaya
marjinal tersebut tidak dapat dihindarkan, maka pemerintah atau asosiasi
profesi harus berusaha membantu agar Hotel-Hotel sejenis atau serupa lainnya,
juga mempunyai perbedaan harga yang relatif sama besarnya dari biaya marjinal.
Dalam suatu Hotel seharusnya memiliki kekuatan dorongan untuk melakukan
persaingan, intensitas Hotel untuk bersaing tergantung pada
hubungan/keterkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain, seperti:
a)
Jumlah dan besar/luasnya cakupan distribusi
Jumlah dan
besar/luasnya cakupan distribusi merupakan cara bagi usaha Hotel, seperti dapat
dilihat dari banyaknya jaringan Hotel yang tersebar dibeberapa daerah, dan
dimiliki oleh suatu badan usaha.
b)
Perbedaan tingkat produksi atau variasi produksi
Perbedaan
tingkat produksi atau variasi produksi merupakan tersedianya fasilitas,
perlengkapan dan peralatan serta sistem pelayanan yang digunakan untuk
menghasilkan produk barang/jasa pelayanan.
c)
Struktur biaya
Struktur biaya
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menciptakan kehandalan
bersaing. Karena dalam struktur biaya akan terkait pula penyusunan strategi
harga, dimana perubahan harga akan mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan
dan penerimaan total.
Gambar II.2
Kekuatan Dorongan Persaingan
Usaha-usaha
hotel potensial yang masuk kedalam persaingan Usaha
sejenis sebagai subtitusi yang masuk dalam persaingan PEMBELI PEMASOK Industri-industri
Perhotelan Berkompetisi,
bersaing diantara mereka
Sumber: Sulastiyono (2008:350),
diolah penulis
3.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian ini adalah:
a.
Ginting (2006) melakukan penelitian
tentang Analisis SWOT Pada Hotel
Danau Toba Internasional Medan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
upaya pemasaran yang perlu dilakukan oleh Hotel Danau Toba Internasional untuk
dapat meningkatkan volume penjualan kamar dengan memanfaatkan analisis SWOT secara cermat. Dari penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan yaitu Analisis SWOT
yang dilakukan oleh Hotel Danau Toba lntemasional Medan kurang lengkap, dimana
analisis SWOT tersebut tidak
menyajikan alternatif strategi, hanya menyajikan identifikasi peluang dan
ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan Hotel tersebut. Saran penulis
supaya Hotel Danau Toba lntemasional Medan tetap exist dan survive dalam
menghadapi persaingan yang semakin kornpetitif harus menerapkan strategi yang
tepat seperti menciptakan pelayanan yang berbeda, menyelenggarakan pelatihan
bahasa Inggris dan skill dalam bidang masing-masing. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1)
Lokasi penelitian ini di Banyan Tree Ungasan
Bali, sedangkan lokasi penelitian sebelumnya di Hotel Danau Toba Internasional
Medan.
2)
Penelitian ini meneliti data tahun
selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2006.
b.
Dewi
Jayanti (2011) melakukan penelitian tentang Analisis SWOT Sebagai Strategi
Meningkatkan Daya Saing Pada Hotel Cherry Pink. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT
yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities),
ancaman (Threats) sebagai strategi meningkatkan daya saing pada Hotel
Cherry Pink. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini Hotel Cherry Pink
belum memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Strategi yang diterapkan
oleh Hotel Cherry Pink belum sepenuhnya menggunakan strategi pemasaran yang
baik, untuk itu Hotel Cherry Pink harus mengimplementasikan strategi yang cocok
digunakan adalah dalam pengoptimalan daya saing dengan mengelola Hotel dengan
mengevaluasi dan melakukan strategi yang harus dicapai. Dengan meningkatkan
strategi pemasaran dan menambah sarana Hotel agar dapat memberikan kepuasan dan
keinginan bagi para pelanggan Hotel Cherry Pink. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1)
Lokasi penelitian ini di Banyan Tree
Ungasan Bali, sedangkan lokasi penelitian sebelumnya di Hotel Cherry Pink.
2)
Penelitian ini meneliti data tahun
selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2011.
c.
Rizsky Ramadhan Nourlette dan Shinta
Wahyu Hati (2017) melakukan penelitian tentang Penentuan Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT Pada Hotel Nongsa
Point Marina & Resort dalam Menghadapi Persaingan Bisnis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunities), ancaman (Threats) sebagai Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis analisis SWOT sebagai penentuan
strategi dalam menghadapi persaingan bisnis pada Hotel Nongsa Point Marina
& Resort. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini Hotel Nongsa Point
Marina & Resort berada di atas rata-rata dari keseluruhan posisi
strategisnya dalam usaha memanfaatkan kekuatannya, menyembunyikan kelemahannya
jika perlu, memanfaatkan peluang-peluang eksternal dan menghindari
ancaman-ancaman yang mungkin timbul. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah:
1)
Lokasi
penelitian ini di Banyan Tree Ungasan Bali, sedangkan lokasi penelitian
sebelumnya di Hotel Nongsa Point Marina & Resort.
2)
Penelitian ini meneliti data tahun
selama 2022, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tahun 2017.
1)
Location
of this research is in Banyan Tree Ungasan Bali, while the location of previous
research is in Banyumasan.
2)
The
purpose of previous research is to formulate the promotion design strategies of
Banyumas batik characteristic in 2013, while the purpose of this research is to
find out strategy to increase competitiveness in an effort to increase room
occupancy rates at the Banyan Tree Ungasan Bali in 2022.
e.
Rahmani
Seryasat M., Hajari B., Karimian T., and Hajilo M. (2013) doing research about Rural
Tourism Development Strategies
Using SWOT Analysis: Case Study.
This study is to appropriate solutions and strategies are presented
using SWOT analysis for optimum, effective utilization of strengths and
opportunities and removing weaknesses and threats in order to achieve tourism
and rural development. Empirical analysis in the study area shows that
vulnerability threshold for rural areas can be extremely high due to openness
to tourists and requires review and present appropriate policies in order to
remove the limitations and to apply relative advantages. The differences
between this research with previous research is:
1) Location
of this research is in Banyan Tree Ungasan Bali, while the location of previous
research is in Ghasran District of Shemiranat City, Tehran, Iran.
2) The
purpose of previous research is to appropriate solutions and strategies are
presented using SWOT analysis for optimum, effective utilization of strengths
and opportunities and removing weaknesses and threats in order to achieve
tourism and rural development in 2013, while the purpose of this research is to
find out strategy to increase competitiveness in an effort to increase room
occupancy rates at the Banyan Tree Ungasan Bali in 2022.
B.
Kerangka Pemikiran
Menurut Zimmerer (2003:37) perencanaan strategis bukan
merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus berlangsung.
Pemikiran strategis tidak memiliki titik akhir, dan akibatnya proses
perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses perencanaan
manajemen strategis adalah mengenali lingkungan internal perusahaan (strength,
weaknesses) dan lingkungan eksternal perusahaan (opportunity, threat).
Analisis SWOT merupakan cara yang sistematis
dalam mengidentifikasi ancaman dan peluang agar dapat membedakan lingkungan
yang akan datang sehingga dapat ditemukan masalah yang ada. Analisis SWOT mengevaluasi keunggulan strategis
untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan perusahaan pada saat ini,
selanjutnya merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan.
Perumusan
strategi merupakan keputusan mengenai jalan yang akan ditempuh untuk mencapai
apa yang sudah ditetapkan dengan objektif (Yosal
Iriantara, 2004: 28). Ketika merumuskan strategi, perlu mempertimbangkan
lingkungan internal maupun eksternal perusahaan agar perusahaan memperoleh
pemilihan strategi yang paling tepat untuk diimplementasikan.
Implementasi strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan
pilihan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana strategis (Yosal
Iriantara, 2004: 35). Implementasi merupakan proses yang digunakan untuk
menjalankan strategi dan kebijakan melalui pengembangan program yang digunakan
dalam pengoptimalan strategi daya saing. Daya saing merupakan kekuatan untuk
menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompak/ industri
tertentu (Sumihardjo, 2008:8). Melalui program-program itulah diharapkan perusahaan mampu
meningkatkan tingkat hunian Hotel dan mampu menguasai serta mempertahankan
posisi dalam pasar. Berdasarkan
pembahasan diatas, maka penulis secara skematis menetapkan kerangka
konseptualnya sebagai berikut:
Gambar II.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Implementasi Strategi Perencanaan Strategi Program Daya
Saing Analisis SWOT Tingkat Hunian
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Obyek dan Subyek Penelitian
1.
Obyek
Penelitian
Dalam
penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah faktor internal yang
terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang terdiri dari
peluang dan ancaman pada Banyan Tree Ungasan Bali. Banyan Tree Ungasan Bali
memiliki tingkat hunian yang rendah dibandingkan dengan Hotel-Hotel lainnya di
sekitar wilayah Badung. Karena hal tersebut maka diperlukan analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman agar pihak manajemen perusahaaan memperoleh
suatu strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing
Banyan Tree Ungasan Bali di tengah-tengah persaingan dunia bisnis perHotelan
khususnya di Bali.
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman diperoleh dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Kekuatan dalam hal ini merupakan kompetensi
khusus yang terdapat pada Banyan Tree Ungasan Bali dalam mempertahankan
posisinya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja Banyan Tree
Ungasan Bali. Peluang adalah kecenderungan lingkungan yang menguntungkan posisi
Banyan Tree Ungasan Bali. Ancaman adalah suatu kecenderungan lingkungan yang
tidak menguntungkan yang dapat merugikan posisi Banyan Tree Ungasan Bali.
Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel faktor internal adalah produk,
harga, promosi, tempat, orang, bukti nyata, dan proses, sedangkan untuk faktor eksternal adalah lingkungan ekonomi,
lingkungan teknologi, lingkungan demografi, lingkungan sosial budaya, pesaing,
pelanggan, dan hukum/politik.
Setelah mengidentifikasi
faktor eksternal melalui ancaman dan peluang sehingga dapat membedakan
lingkungan yang akan datang, dan mengetahui faktor internal melalui kekuatan
serta kelemahan perusahaan, selanjutnya menganalisis posisi perusahaan saat
ini, lalu merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, dalam upaya
peningkatan daya saing sehingga tingkat hunian Hotel meningkat dan mampu
menguasai serta mempertahankan posisi dalam pasar.
2.
Subyek
Penelitian
Subyek dalam
penelitian ini adalah
pihak manajemen Hotel dan konsumen yang pernah membeli produk atau
merasakan pelayanan pada Banyan Tree Ungasan Bali.
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel dalam penelitian ini
adalah:
1. Daya Saing
Daya
saing adalah keunggulan kompetitif perusahaan pada suatu industri yang
ditentukan oleh jangkauan bersaingnya, yaitu keluasan pasar sasaran untuk
bisnis atau perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus memiliki daya saing
untuk dapat bertahan di pasar.
2.
Strategi
Strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan
dimasa depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa
yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pada pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi ini di dalam bisnis yang dilakukan.
,
C. Populasi dan Sampel
Menurut Augusty
T. Ferdinand (2006) mendefinisikan populasi dan sampel sebagai berikut:
“Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk
peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
perhatian seorang peneliti karena dipandang sebagai sebuah semesta penelitian.
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi.
Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti
seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan
populasi yang disebut sampel.”
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive Sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan cara menentukan
target elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan pelanggan/konsumen Banyan Tree Ungasan Bali periode Maret
2022 sebagai populasi, yaitu sebanyak 143 orang, sampel yang dipergunakan
sebanyak 26 orang, dengan kriteria pelanggan/konsumen yang pernah membeli
produk atau merasakan pelayanan pada Banyan Tree Ungasan Bali lebih dari 5
hari. Alasan peneliti mengambil sampel sebanyak 26 orang adalah karena dari 143
orang sebagai populasi, 26 diantaranya adalah konsumen yang telah merasakan
pelayanan Banyan Tree Ungasan lebih dari 5 hari. Peneliti memilih waktu lebih
dari 5 hari karena peneliti menganggap konsumen tersebut lebih banyak merasakan
pelayanan dan fasilitas yang disediakan oleh Banyan Tree Ungasan Bali,
dibandingkan dengan konsumen yang menginap kurang dari 5 hari. Untuk pihak
manajemen Hotel yang dirasa paling tepat oleh peneliti adalah Executive Assistant Manager, setiap Head Department dan Assistant Head Department karena Executive Assistant Manager dan Head
Department wajib menghadiri briefing pagi
di Hotel, sedangkan Assistant Head
Department akan menggantikan Head
Department yang berhalangan hadir. Selain itu kriteria lainnya adalah
memiliki masa kerja jabatan lebih dari satu tahun, yang semuanya berjumlah 15
orang.
D. Jenis
dan Sumber Data
1. Jenis Data
a.
Data kuantitatif, adalah data yang berupa angka-angka
yang dapat dihitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2004:14). Data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tingkat hunian
beberapa Hotel di wilayah Badung.
b.
Data kualitatif, merupakan data yang
tidak berbentuk angka-angka hanya berupa penjelasan-penjelasan dan tidak dapat
diukur dengan satuan hitung (Sugiyono, 2004:14). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data kualitatif adalah data
mengenai gambaran umum Banyan Tree Ungasan Bali & struktur organisasi
Banyan Tree Ungasan Bali.
2.
Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dalam
penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a.
Data primer, merupakan data yang berasal
dari sumber pertama yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung
dengan yang diteliti. Data primer
secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan berupa
hasil wawancara dan kuesioner dengan pihak-pihak terkait.
b.
Data
sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
(Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini data sekunder yang dikumpulkan berupa
data hunian Hotel di Badung, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan
lain-lain.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1.
Kuesioner
Pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan
tujuan penelitian.
2.
Wawancara
Merupakan proses untuk memperoleh
keterangan untuk mencapai tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab
responden atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang dilakukan pada
Banyan Tree Ungasan Bali.
3. Observasi
Observasi
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti
mengenai kegiatan, bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang digunakan oleh Banyan
Tree Ungasan Bali.
4.
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi dilakukan melalui pencatatan data atas data-data yang dimiliki oleh
Banyan Tree Ungasan Bali untuk mendapatkan data yang mendukung dalam penelitian
ini.
F. Teknis
Analisis Data
1. Matriks
Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS) dan Matriks External Factors Analysis Strategies (EFAS)
Matriks
Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) merupakan formulasi strategi yang
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional
bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan diantara area fungsional bisnis. Sedangkan External Factors Analysis Strategies (EFAS) berguna untuk memungkinkan para
penyusun strategi merangkum dan mengevaluasi informasi lingkungan ekonomi,
lingkungan teknologi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan
hukum/politik.
Matriks IFAS dan EFAS dapat dibuat dengan beberapa tahap, antara lain:
a.
Tuliskan
faktor internal untuk IFAS dan
faktor eksternal untuk
EFAS yang diidentifikasikan. Buatlah sedetail mungkin, gunakan
persentase, ratio dan angka komparatif.
b.
Berikan
bobot berkisar 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) untuk
masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengidentifikasikan tingkat
penting relatif memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman.
Faktor yang
dianggap memilki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan
bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0. Nilai bobot dihitung sebagai berikut:
NB
= JK/TK
Keterangan:
NB
= Nilai Bobot
JK = Jumlah Kepentingan
(total dari kepentingan tiap pertanyaan )
TK =Total Kepentingan
(total dari jumlah kepentingan)
Skala likert untuk kepentingan
adalah 1 sampai 5:1 = tidak penting, 2 = kurang penting, 3 = cukup penting, 4 =
penting, 5 = sangat penting.
c.
Untuk faktor internal berikan rating-4 sampai 4 untuk masing-masing faktor
internal untuk mengindikasi apakah faktor tersebut menunjukkan 4=
sangat kuat, 3= kuat, 2= kurang kuat, 1= sedikit
kuat, untuk
faktor internal kekuatandan -1= sedikit lemah, -2=
cukup lemah, -3=lemah, -4=sangat lemah, untuk faktor internal kelemahan.
Sedangkan untuk
faktor eksternal berikan rating
4 sampai -4 untuk masing-masing faktor
eksternal untuk mengidentifikasi apakah faktor tersebut menunjukkan
4 = Sangat
berpeluang, 3= Berpeluang, 2
= Cukup berpeluang, 1= Sedikit
berpeluang,
untuk faktor eksternal peluang dan -1 = sedikit mengancam, -2= cukup mengancam, -3= mengancam, -4= sangat mengancam, untuk faktor eksternal ancaman. Untuk rating
dihitung sebagai berikut:
NR= JR/TRP
Keterangan:
NR = Nilai
Rating
JR = Jumlah Rating (total dari rating
tiap pertanyaan )
TRP = Total
Responden
d.
Kalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan skor untuk
masing-masing variabel.
e.
Jumlahkan skor untuk menentukan total skor untuk organisasi.
2. Matriks
SPACE (Strategic Position and Action
Evaluation)
Matriks
evaluasi posisi dan tindakan strategis (Mariks SPACE) merupakan alat penting dalam pencocokan pada tahap 2, yang
mana kerangka kerja empat kuadran mengindikasikan apakah strategi agresif,
strategi turn around (konservatif),
strategi defensif dan strategi kompetitif yang paling cocok dengan perusahaan.
Sumbu matriks SPACE mewakili dua
dimensi internal, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan, dan dua dimensi
eksternal, yaitu faktor peluang dan ancaman. Keempat faktor tersebutlah yang
menjadi penentu yang paling penting dari keseluruhan posisi strategis
perusahaan. Adapun tahapan-tahapan dalam membuat diagram matriks SPACE:
a.
Akumulasikan total skor bobot
masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, untuk faktor kekuatan (Strenght) total skor bobot dikurangkan
dengan total skor bobot faktor kelemahan (Weakness).
Selisih tersebut sebagai nilai sumbu X dalam kuandran strategi.
b.
Akumulasikan total skor bobot
masing-masing faktor peluang dan ancaman, untuk faktor peluang (Opportunity) total skor bobot
dikurangkan dengan total skor bobot faktor ancaman (Treats). Selisih tersebut sebagai nilai sumbu Y dalam kuandran
strategi.
c.
Sehingga
diperoleh titik di kuadran strategi (X, Y), dan diketahui posisi perusahaan di
kuadran berapa. Selanjutnya penentuan strategi guna meningkatkan posisi
perusahaan.
Sedangkan rumus yang dipergunakan untuk
menetukan posisi perusahaan dalam diagram matriks SPACE adalah:
y – y1 = x
– x1
y2
- y1 x2 – x1
3. Matriks SWOT
Pengoptimalan strategi daya saing yang
dilakukan oleh Banyan Tree Ungasan Bali terdapat dalam dua segi yaitu segi
internal dan segi eksternal. Menurut
Freddy Rangkuti (2002: 19), SWOT
adalah singkatan dari lingkungan internal
Strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportunities
dan Threats yang dihadapi dunia
bisnis. SWOT ini biasa digunakan
untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja (Wordpress.com, 2010). Analisis
SWOT membandingkan antara faktor
eksternal dan faktor internal. Dengan diagram analisis SWOT:
Gambar III.1 Diagram Analisis SWOT
BERBAGAI
PELUANG BERBAGAI
ANCAMAN KELEMAHAN
INTERNAL KEKUATAN
INTERNAL
II.
Mendukung Strategi Turnaround I. Mendukung Strategi Agresif
III.
Mendukung Strategi Defensif IV. Mendukung Strategi Diversifikasi
Sumber:
Freddy Rangkuti (2002)
KUADRAN I: Ini merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented strategy).
KUADRAN II: Perusahaan menghadapi
peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
KUADRAN III: Ini merupakan situasi yang sangat
tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
KUADRAN IV: Meskipun menghadapi berbagai
ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).
Menurut Kotler (1999 : 88) analisis SWOT
adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
disebut analisis SWOT. Salah
satu alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang) adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif strategis.
Tabel III.1 Matriks SWOT
IFAS EFAS |
STRENGHTS
(S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan
internal |
WEAKNESSES
(W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan
internal |
|
OPPORTUNITIES
(O) Tentukan 5-10 faktor peluang
eksternal |
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang |
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang |
|
|
THREATS
(T) Tentukan 5-10 faktor ancaman
eksternal |
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman |
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. |
Sumber : Rangkuti (2002:31)
1)
Strategi
SO
Strategi ini dibuat berdasarkan
jalan pikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2)
Strategi
ST
Strategi ini adalah strategi
dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3)
Strategi
WO
Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada.
4)
Strategi
WT
Strategi ini didasarkan pada
kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
Setelah
melakukan analisis SWOT, langkah
selanjutnya adalah membuat keputusan strategis yang merupakan fungsi dan
tanggung jawab dari semua manajer dalam setiap tingkatan, terutama manajer puncak.
Keputusan ini akan di pakai sebagai bahan untuk membangun filosofi organisasi
dan pernyataan misi, membangun sasaran baru dan memilih strategi yang tepat. Matrik ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternative strategis. Alternative strategi yang
merupakan strategi yang tepat untuk dilaksanakan oleh Banyan Tree Ungasan Bali.
4.
Metode Analisis Sebab Akibat
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis sebab akibat dengan pendekatan mekanisme penggunaan
metoda Diagram Tulang Ikan. Diagram tulang ikan atau fishbone diagram
adalah salah satu metode/tool untuk mengetahui faktor – faktor yang berakibat
pada suatu karakteristik kualitas jasa. Diagram ini disebut dengan cause
effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an.
bernama Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni
teknik kimia Universitas Tokyo.
Diagram
tulang ikan juga sering disebut dengan diagram ishikawa. Awalnya metode diagram
tulang ikan, lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas yang menggunakan
data verbal (non-numerical) atau data
kualitatif. Ishikawa juga diperkirakan sebagai orang pertama yang
memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone
diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart,
dan flowchart.
Disebut
sebagai diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian
moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek
atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh
sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone
adalah untuk design produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect).
Langkah-langkah untuk belajar dan menerapkan diagram tulang ikan adalah:
1) Fokuskan
pada satu hal akibat yang diamati, di ruang lingkup yang lebih kecil dahulu.
Kemudian lanjut hal yang besar.
2) Tentukan
sebab lebih dari satu, untuk mengetahui penyebab lainnya. Agar dapat menyusun
strategi yang tepat.
3) Buatlah
usulan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dari sebab-sebab
permasalahan.
Ishikawa, 1990 menggambarkan
tentang diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian
moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya
sehingga diagramnya menjadi sebagai berikut:
Gambar III.2 Diagram Tulang Ikan (Sebab Akibat)
Daya Saing Produk Harga Promosi Tempat Orang Bukti
nyata Pelanggan Ling. ekonomi Proses Pesaing Hukum/Politik Ling. SosBud Ling. Teknologi 1 2 5 3 6 8 10 12 11 20 19 22 25 27 29 28 30 21 31 4 7 15 17 24 23 26 18 9 13 14 16
Keterangan:
1.
Fasilitas kamar Hotel berbintang 5 (lima)
2.
Makanan dan minuman dengan konsep
halal
3.
Tingkat harga kamar Hotel
4.
Tingkat harga makanan dan minuman
5.
Pengenalan produk/ jasa Hotel melalui media
6.
Lokasi Hotel yang strategis
dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan berada di Ungasan-Uluwatu.
7.
Ketersediaan lahan parkir
8.
Kualitas pelayanan karyawan keramahtamahan karyawan
9.
Komunikasi karyawan kepada
pelanggan
10. Brand image
11. Tampilan
signboard image
12. Kondisi fisik
gedung
13. Sistem informasi
pada Hotel
14. Jaringan WI-FI
15. Penggunaan mesin
Genset
16. Layout ruang
tunggu
17. Kepedulian Hotel
terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan
18. Konsep bangunan
19. Proses pelayanan karyawan
20. Prosedur check
in dan check out
21. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali
22. Tingkat
pertumbuhan investasi di Bali
23. Nilai tukar mata
uang
24. Krisis ekonomi
di beberapa Negara Eropa dan Amerika
25. Tingkat
kemacetan
26. Tingkat keamanan
27. Banyaknya Hotel
bintang 4 dan 5 di kawasan Badung
28. Selera konsumen
29. Peraturan dan
kebijakan pemerintah
30. Kondisi politik.
Berikut beberapa proses dengan
menggunakan metode ini :
a.
Menemukan persoalan, yakni: meneliti mengenai cara
peningkatan tingkat hunian Hotel dan daya saing pada Banyan Tree Ungasan Bali.
b.
Menemukan faktor penyebab, yakni : ada banyak faktor yang
berpengaruh dalam peningkatan tingkat hunian Hotel dan daya saing, namun dalam hal ini peneliti memilih faktor-faktor,
yakni produk, harga,
promosi, tempat, orang, bukti nyata, proses, lingkungan ekonomi, lingkungan
teknologi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan, dan hukum/politik. Dan dalam hal
ini peneliti menggunakan kuesioner.
c.
Merencanakan strategi dan implementasi strategi melalui
program-program agar faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, sehingga
tingkat hunian Hotel dan daya saing perusahaan dapat ditingkatkan.
BAB
IV
GAMBARAN
UMUM TEMPAT PENELITIAN
A.
Sejarah Perusahaan dan Struktur
Organisasi
1.
Sejarah Singkat Perusahaan
Banyan Tree Bali merupakan salah satu
hotel bintang 5 di Bali yang terletak di daerah Ungasan – Uluwatu. Karena
lokasinya ini, Banyan Tree Bali juga sering disebut dengan nama Banyan Tree
Ungasan. Resort Bali ini merupakan salah satu hotel dibawah jaringan hotel
internasional, yaitu Banyan Tree Hotels & Resorts. Berlokasi di daerah
Uluwatu, Banyan Tree Bali memiliki pemandangan yang sangat indah. Oleh karena
itu, Banyan Tree Ungasan Bali sering digunakan untuk event wedding, maupun
digunakan sebagai hotel untuk ber bulan madu di Bali. Banyan Tree Ungasan
berlokasi di daerah wisata paling terkenal di Bali yaitu di Badung. Dekat
dengan pusat perbelanjaan dan hiburan dan tepat di depan pantai Melasti yang
banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Banyan Tree Ungasan
menyadari pula akan adanya perbedaan dalam kepentingan, kebutuhan, keinginan
dan harapan dari para tamu. Untuk memenuhi perbedaan – perbedaan tersebut dan
untuk menjaring semua tamu dari berbagai macam strata sosial maka Banyan Tree
Ungasan menciptakan jenis produk yang berbeda dalam segi peruntukan, lokasi,
desain bangunan dan sistem pelayanan. Banyan Tree Ungasan didirikan sekitar
tahun 2009 dan secara resmi beroperasi 22 Januari 2011, dengan tujuan untuk
ikut mendukung program Pemerintah dalam bidang kepariwisataan khususnya
perhotelaan. Hotel ini mulai diresmikan dan beroperasi dengan jumlah 73 unit
hotel yang dibuat dari bahan bangunan berkualitas tinggi dan lengkap dengan
fasilitas arsitektur kontemporer khas Bali, dengan mengambil latar belakang
pemandangan panorama Samudra Hindia. Akomodasi yang tersedia di Banyan Tree
Ungasan Bali ini semua bertipe Hotel. Setiap hotel berdiri di private area dan
didesain untuk mendapatkan pemandangan yang luar biasa dari resort Banyan Tree
Bali. Fasilitas di dalam kamar antara lain kamar mandi berlantaikan marmer yang
indah, shower outdoor, private infinity pool, dan outdoor jet pool. Hotel di
Banyan Tree Bali dibagi menjadi 3 kategori besar, yaitu Pool Hotel, Sanctuary
Hotel dan Presidential Hotel. Pool Hotel memiliki luas 239 m² dan Sanctuary
Hotel memiliki luas 315 m² sedangkan Presidential Hotel memiliki luas 680m².
Banyan Tree Ungasan Bali juga memiliki fasilitas lainnya, seperti banyan tree
spa, banyan tree gallery, ruang meeting, kids club, fasilitas fitness, kolam
renang, perpustakaan, Ju-Ma-Na Bar, Tamarind Restaurant, Bambu Restaurant, dan
In-Hotel Dining. Banyan Tree Ungasan berorientasi kepada “ECO FRIENDLY RESORT”
dengan mempehatikan fokus ramah lingkungan.
Misi dan tugas yang dimiliki oleh Banyan
Tree Ungasan adalah Banyan Tree Ungasan akan memberikan pelanggan –
pelanggannya pengalaman yang unik melalui pelayanan yang sempurna di dalam
lingkungan yang berciri khas Bali. Adapun nilai – nilai atau pedoman yang
dimiliki oleh Banyan Tree Ungasan agar di dalam pelayanannya baik kepada tamu,
manajemen, dan juga karyawan berjalan dengan lancar.
2. Struktur
Organisasi
Dalam membentuk suatu organisasi
seharusnya dibuat struktur organisasi (Gammahendra, Hamid, & Riza, 2014).
Setiap perusahaan memerlukan adanya struktur organisasi yang jelas agar mampu
menjalankan setiap kegiatan operasional perusahaan dengan baik dan secara
terarah sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Struktur organisasi yang ada
pada perusahaan memungkinkan adanya koordinasi antar bagian-bagian yang ada di
dalamnya guna pengambilan langkah-langkah ataupun keputusan yang tepat untuk
mencapai tujuan perusahaan. Sesuai dengan uraian mengenai struktur organisasi
tersebut, penulis sajikan pada Gambar IV.1 sebagai berikut:
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Banyan
Tree Ungasan Bali
1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
a. General Manager
Tugas dari General Manager adalah
sebagai berikut:
1)
Melakukan pembinaan operasional sehingga
tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas service yang baik serta
melakukan pembinaan dalam hubungan masyarakat.
2)
Melakukan pembinaan atas segala kegiatan
di bidang administrasi keuangan, material, pembinaan personil dan bidang-bidang
lainnya yang ada dilingkungan operasi perusahaan sehingga tercapainya
keharmonisan dalam perusahaan.
3)
Pengendalian dan pengawasan operasional
atau melaksanakan rencana dan program dari setiap unit kerja. \
4)
Melaksanakan konsultasi dengan
Direktorat Jenderal Pariwisata dalam rangka melaksanakan tugas pokok perhotelan
dan mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di bidang Pariwisata pada
umumnya dan bidang Perhotelan pada khususnya.
5)
Mengusahakan hal-hal yang baik di dalam
lingkungan hotel dan maupun diluar lingkungan hotel untuk menarik pengunjung.
6)
Menelaah laporan keuangan dan
laporan-laporan lainnya yang disampaikan oleh Chief Accountant.
b. Executive
Assistant Manager
Tugas dari Executive Assistant Manager
adalah sebagai berikut :
1)
Membantu pekerjaan General Manager dalam
hal control dan administrasi
2)
Memantau operasional hotel
3)
Menangani control seluruh karyawan di
hotel.
c. Sales
Manager
Sales Manager membawahi marketing
analyst dan sales promotion. Adapun tugasnya adalah :
1)
Memasarkan produk/ jasa dan produk/ jasa
lainnya kepada pihak luar, agar penjualan produk hotel terus meningkat.
2)
Membuat laporan akhir bulan kepada
manajer mengenai hasil pekerjaan dan jumlah biaya yang terpakai sebagai biaya
pemasaran dan biaya promosi.
d. Personal
Manager
Tugas dari bagian Personal Manager
adalah sebagai berikut :
1)
Bertugas dan bertanggung jawab dalam
melakukan perencanaan, pengawasan, dan berperan serta dalam perekrutan
karyawan/training.
2)
Membantu dalam pengarahan program
pelatihan bagi karyawan.
e.
Chief Accounting
Chief Accounting membawahi accountant
officer, yang bertanggung jawab kepada General Manager. Adapun tugas dari
accountant adalah:
1)
Membuat laporan laba rugi secara berkala
2)
Membuat laporan penjualan setiap harinya
3)
Menyelenggarakan pembukuan keuangan
perusahaan
f. Chief
Engineering
Adapun tugas dari Engineering/Maintenance
adalah sebagai berikut:
1)
Pengawasan seluruh peralatan dan
perlengkapan yang ada di Banyan Tree.
2)
Memperbaiki seluruh peralatan yang
digunakan oleh Banyan Tree misalnya: mechanic, electric, air condition, gas,
furniture dan lain sebagainya agar tetap terpelihara dan berjalan dalam kondisi
yang baik .
g.
Front Office Manager
Adapun tugas dari Front Officer adalah:
1)
Memberikan keterangan-keterangan kepada
tamu yang datang maupun menginap
2)
Membukukan penerimaan tamu yang datang
dalam buku tamu yang mencakup nama, alamat dan kebangsaan
3)
Membuat laporan penjualan kamar setiap
hari
h.
Executive Housekeeper
Adapun tugas dari House Keeper adalah:
1)
Memelihara dan menjaga kebersihan
ruangan kamar.
2)
Menyelenggarakan dan membina interior
kamar dan ekterior kamar.
3)
Menyelenggarakan dan memberikan
pelayanan dalam hal pencucian pakaian seperti laundry dan dry cleaning.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat dilakukannya penelitian adalah di
Banyan
Tree Ungasan, yang berlokasi di daerah wisata paling terkenal di Bali yaitu di Ungasan-Uluwatu,
Bali. Berada di tempat "terpencil" namun tak jauh dari pusat hiburan
dan perbelanjaan Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, dan Seminyak. Dari Banyan Tree
Ungasan, para tamu dipermudah dengan akses 30 menit ke bandara Internasional
Ngurah Rai, 15 menit ke lapangan golf kelas dunia, dan 15 menit ke berbagai
galeri seni yang menawarkan hasil seni tradisional dan kontemporer.
2. Objek
Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek
penelitian adalah faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan,
serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada Banyan Tree. Banyan
Tree Ungasan memiliki tingkat hunian yang rendah dibandingkan dengan
hotel-hotel lainnya di sekitar wilayah Badung. Karena hal tersebut maka
diperlukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar pihak
manajemen perusahaaan memperoleh suatu strategi yang tepat yang dapat digunakan
untuk meningkatkan daya saing Banyan Tree Ungasan di tengah-tengah persaingan
dunia bisnis perhotelan khususnya di Bali.
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman diperoleh dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan. Kekuatan dalam hal ini merupakan kompetensi khusus yang terdapat pada Banyan Tree Ungasan dalam
mempertahankan posisinya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja Banyan
Tree Ungasan. Peluang adalah kecenderungan lingkungan yang menguntungkan posisi
Banyan Tree Ungasan. Ancaman adalah suatu kecenderungan lingkungan yang tidak
menguntungkan yang dapat merugikan posisi Banyan Tree Ungasan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi
variabel faktor internal adalah produk, harga, promosi,
tempat, orang, bukti nyata, dan proses,
sedangkan untuk faktor eksternal adalah lingkungan ekonomi, lingkungan
teknologi, lingkungan demografi, lingkungan sosial budaya, pesaing, pelanggan,
dan hukum/politik.
Setelah mengidentifikasi
faktor eksternal melalui ancaman dan peluang sehingga dapat membedakan
lingkungan yang akan datang, dan mengetahui faktor internal melalui kekuatan
serta kelemahan perusahaan, selanjutnya menganalisis posisi perusahaan saat
ini, lalu merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, dalam upaya peningkatan
daya saing sehingga tingkat hunian hotel meningkat dan mampu menguasai serta
mempertahankan posisi dalam pasar.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh suatu gambaran
mengenai lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu lingkungan internal
(kekuatan dan kelemahan), maupun lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
dari Banyan Tree Ungasan.
1. Kekuatan
(Strengths) dari Banyan Tree Ungasan
Merupakan faktor internal yang
memiliki kekuatan-kekuatan, yang berperan dalam mempengaruhi perkembangan usaha
Banyan Tree Ungasan dengan keunggulan kompetitif, dan kemampuan dalam
mempertahankan posisinya untuk mencapai tujuannya.
Faktor-faktor kekuatan tersebut adalah:
a. Kualitas makanan dan minuman dengan konsep halal
b. Tingkat harga makanan dan minuman terjangkau
c. Lokasi hotel yang strategis, dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai
Melasti.
d. Kerahmahtamahan karyawan yang baik dalam melayani pelanggan
e. Kemampuan komunikasi karyawan yang baik dalam melayani pelanggan
f. Brand image hotel yang baik
g. Jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel
h. Layout ruang tunggu hotel memadai
i.
Kepedulian hotel terhadap
lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan
j.
Konsep bangunan hotel yang
tetap mempertahankan nilai-nilai dan konsep budaya Bali
k. Proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan
2. Kelemahan
(Weaknesses) dari Banyan Tree Ungasan
Merupakan faktor internal yang menjadi
penghalang bagi Banyan Tree Ungasan
dalam mengembangkan dan melaksanakan aktivitasnya serta mengganggu pencapaian
laba maksimum perusahaan.
Faktor-faktor kelemahan tersebut adalah:
a. Fasilitas kamar hotel berbintang 5 kurang memadai
b. Tingkat harga kamar hotel tinggi
c. Pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher dan media lainnya yang
kurang
d. Ketersediaan lahan parkir yang kurang memadai
e. Tampilan signboard image tidak terlihat
f. Kondisi fisik gedung hotel yang tidak memadai
g. Sistem informasi yang tidak terintegrasi pada hotel
h. Penggunaan mesin Genset kurang memadai
i.
Prosedur check in dan check out yang kurang memadai
3. Peluang
(Opportunities) dari Banyan Tree
Ungasan
Merupakan faktor eksternal yang dapat
dimanfaatkan oleh Banyan Tree Ungasan karena
lingkungan yang menguntungkan yang dapat meningkatkan kinerja untuk mencapai
tujuannya.
Faktor-faktor peluang tersebut adalah:
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali meningkat
b. Pemasangan BTS XL di hotel
c. Tingkat keamanan yang tinggi di wilayah Badung
d. Kondisi politik di Indonesia yang kondusif
4. Ancaman
(Threats) dari Banyan Tree Ungasan
Merupakan faktor eksternal yang
merintangi kemampuan Banyan Tree
Ungasan untuk mencapai tujuannya.
Faktor-faktor ancaman tersebut adalah:
a. Tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat
b. Nilai tukar mata uang rupiah yang tidak stabil
c. Krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika
d. Tingkat kemacetan yang tinggi
e. Banyaknya hotel bintang 4 dan bintang 5 di kawasan Badung
f. Peraturan dan kebijakan pemerintah
g. Selera konsumen yang berubah-ubah
Dari faktor-faktor Strengths (kekuatan) dan Opportunities
(peluang) yang dimiliki Banyan Tree Ungasan menciptakan strategi SO (Strength
Opportunities) yang dikenal juga dengan istilah strategi pertumbuhan
agresif (growth oriented strategy). Strengths (kekuatan) dan Threats
(ancaman) akan menciptakan strategi ST (Strength Threats)
yang merupakan strategi diversifikasi (produk/pasar). Weaknesses (kelemahan)
dan Opportunities (peluang) yang akan menciptakan strategi WO (Weaknesses
Oppurtunities) yang dikenal sebagai strategi turn-around. Sedangkan Weaknesses
(kelemahan) dan Threats (ancaman) menciptakan strategi WT (Weaknesses
Threats) merupakan strategi defensif (bertahan).
5.
Matriks Internal Factors Analysis Strategies (IFAS) dan Matriks External Factors Analysis Strategies (EFAS)
a.
Matriks
Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS)
Berdasarkan hasil kuesioner, maka
diperoleh hasil penilaian faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pada Banyan
Tree Ungasan sebagai berikut:
Tabel
V.1 Matriks Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS) untuk Mengetahui Kekuatan (Strengths)
Banyan Tree Ungasan
No. |
Faktor Strategis |
Bobot (a) |
Rating (b) |
Skor (c=axb) |
1 |
Kualitas makanan dan minuman dengan konsep halal |
0.09 |
2.46 |
0.22 |
2 |
Tingkat harga makanan dan minuman terjangkau |
0.09 |
2.22 |
0.19 |
3 |
Lokasi hotel strategis dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai
Melasti |
0.09 |
3.66 |
0.34 |
4 |
Kerahmahtamahan karyawan dalam melayani pelanggan |
0.09 |
3.32 |
0.30 |
5 |
Kemampuan komunikasi karyawan yang baik dalam melayani pelanggan |
0.10 |
3.07 |
0.29 |
6 |
Brand image hotel yang baik |
0.10 |
2.59 |
0.25 |
7 |
Jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel |
0.09 |
2.56 |
0.24 |
8 |
Layout ruang tunggu hotel memadai |
0.08 |
2.88 |
0.23 |
9 |
Kepedulian hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan
kemasyarakatan |
0.09 |
3.29 |
0.31 |
10 |
Konsep bangunan hotel yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan
konsep budaya Bali |
0.09 |
3.56 |
0.31 |
11 |
Proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan |
0.10 |
2.90 |
0.28 |
|
Total |
1.00 |
|
2.96 |
Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 1 dan 2, diolah
Tabel
V.2 Matriks Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS) untuk Mengetahui Kelemahan (Weaknesses)
Banyan Tree Ungasan
No. |
Faktor Strategis |
Bobot (a) |
Rating (b) |
Skor (c=axb) |
1 |
Fasilitas kamar hotel berbintang 5 kurang memadai |
0.11 |
-2.34 |
-0.27 |
2 |
Tingkat harga kamar hotel tinggi |
0.11 |
-2.44 |
-0.27 |
3 |
Pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher
dan media lainnya yang kurang |
0.12 |
-2.95 |
-0.35 |
4 |
Ketersediaan lahan parkir kurang memadai |
0.11 |
-2.54 |
-0.18 |
5 |
Tampilan signboard image tidak terlihat |
0.10 |
-2.22 |
-0.23 |
6 |
Kondisi fisik gedung kurang memadai |
0.12 |
-2.24 |
-0.26 |
7 |
Sistem informasi yang tidak terintegrasi pada hotel |
0.10 |
-1.76 |
-0.27 |
8 |
Penggunaan mesin Genset kurang memadai |
0.11 |
-2.54 |
-0.27 |
9 |
Prosedur check in dan check out yang kurang
memadai |
0.12 |
-2.17 |
-0.26 |
|
Total |
1.00 |
|
-2.35 |
Sumber :
Hasil Kuesioner Lampiran 3 dan 4, diolah
b.
Matriks
External Factors Analysis Strategies
(EFAS)
Berdasarkan hasil kuesioner, maka diperoleh hasil
penilaian faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada Banyan Tree Ungasan sebagai
berikut:
Tabel
V.3 Matriks External Factors Analysis Strategies
(EFAS) untuk Mengetahui Peluang (Opportunities)
Banyan Tree Ungasan
No. |
Faktor Strategis |
Bobot (a) |
Rating (b) |
Skor (c=axb) |
1 |
Tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali meningkat |
0.25 |
2.44 |
0.60 |
2 |
Pemasangan BTS XL di hotel |
0.24 |
2.12 |
0.50 |
3 |
Tingkat keamanan yang tinggi di wilayah Kuta |
0.28 |
1.95 |
0.54 |
4 |
Kondisi politik di Indonesia yang kondusif |
0.24 |
2.22 |
0.53 |
Total |
1.00 |
|
2.18 |
Sumber : Hasil Kuesioner
Lampiran 5 dan 6, diolah
Tabel
V.4 Matriks External Factors Analysis Strategies
(EFAS) Untuk Mengetahui Ancaman (Threats)
Banyan Tree Ungasan
No. |
Faktor Strategis |
Bobot (a) |
Rating (b) |
Skor (c=axb) |
1 |
Tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat |
0.13 |
-2.59 |
-0.34 |
2 |
Nilai tukar mata uang rupiah yang tidak stabil |
0.15 |
-2.71 |
-0.40 |
3 |
Krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika |
0.14 |
-3.07 |
-0.42 |
4 |
Tingkat kemacetan yang tinggi |
0.14 |
-2.56 |
-0.35 |
5 |
Banyaknya hotel bintang 3 dan bintang 4 di kawasan Badung |
0.15 |
-3.39 |
-0.50 |
6 |
Peraturan dan kebijakan pemerintah |
0.14 |
-2.90 |
-0.42 |
7 |
Selera konsumen yang berubah-ubah |
0.15 |
-2.37 |
-0.36 |
Total |
1.00 |
|
-2.80 |
Sumber : Hasil Kuesioner Lampiran 7 dan 8, diolah
6.
Matriks SPACE
Peneliti mengadakan strategi dalam melihat peluang dan ancaman
perusahaan yang dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan dalam melihat
posisis kemampuan perusahaan dalam persaingan, dapat ditunjukkan dengan menggunakan
diagram matriks SPACE yang mengidentifikasikan posisi usaha dalam empat
kuadran. Adapun hasil perbandingan analisis internal (kekuatan dan kelemahan)
dengan analisis eksternal (peluang dan ancaman) pada Villa Banyan Tree sebagai
berikut:
Tabel V.5 Hasil Pengolahan Faktor Internal
No. |
Faktor Strategis |
Skor |
1 |
Faktor Kekuatan (Strengths) |
2.96 |
2 |
Faktor Kelemahan (Weakness) |
-2.35 |
Sumber:Data diolah peneliti
Tabel
V.6 Hasil Pengolahan Faktor Eksternal
No. |
Faktor Strategis |
Skor |
1 |
Faktor Peluang (Opportunities) |
2.18 |
2 |
Faktor Ancaman (Threats) |
-2.80 |
Sumber:Data diolah peneliti
Cara
perhitungan persamaan garis:
Titik A : (
2.96 ; 2.18)
Titik B : (
2.96 ; -2.80)
Titik C :
(-2.35 ; -2.80)
Titik D :
(-2.35 ; 2.18)
Keterangan:
Garis AC (
Sumbu X ) : diagonal yang menghubungkan titik A dengan titik C
Garis BD ( Sumbu Y) : diagonal yang menghubungkan
titik B dengan titik D
Titik E : pertemuan antara dua diagonal
tersebut yang menunjukkan posisi
perusahaan dalam analisis
Persamaan (1) garis AC :
-5.31
y + 11.576 = -4.98x + 14.741
4.98x - 5.31
y = 14.741 – 11.576
4.98x - 5.31
y = 3.165……………….(1)
Persamaan (2) garis BD :
-5.31
y - 14.868 = 4.98x – 14.741
-4.98x - 5.31 y
= - 14.868 + 14.741
-
4.98x -5.31 y = 0.127……………….(2)
Dari persamaan (1) dan
(2) :
9.96 x =
3.038
X =
=
0.31
Untuk nilai Y:
Titik E =
(0.31,-0.30)
Maka nilai koordinat titik pertemuan
antara diagonal tersebut adalah (0.31;-0.30). Setelah diketahui titik pertemuan
diagonal-diagonal tersebut, maka posisi perusahaan diketahui berada pada kuadran
IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar
V.2 Matriks SPACE
Kelemahan Kekuatan Kuadran II Kuadran III Kuadran I Kuadran IV Devensif Conventional Agresif Diversifikasi C (-2.35;-2.80) B (2.96;-2.80) E(0.31;-0.30) D(-2.35;2.18) A ( 2.96;2.18) 2.18 -2.80 -2.35 2.96
Berdasarkan matriks SPACE, maka dapat dihitung luasan masing-masing kuadran sebagai
berikut:
1.
Kaudran I
(Strategi SO) menunjukkan strategi
Agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya,
dengan luas kuadran adalah 2.18 X 2.96 = 6.453.
2.
Kuadran II
(Strategi WO) menunjukkan strategi Turnaround yaitu diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada, dengan luas kuadran adalah -2.35 X 2.18 = -5.123.
3.
Kuadran III
(Strategi WT) menunjukkan strategi
Defensif yaitu berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman agar tetap bias eksis, dengan luas kuadran -2.35 X
-2.80 = 6.58.
4.
Kuadran IV (Strategi ST) menunjukkan strategi Diversifikasi yaitu strategi dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, dengan
kuadran 2.96 X -2.80 = 8.288.
Karena luasan kuadran tidak ada yang
bertanda negatif, maka seluruh luasan dimutlakan positif. Selanjutnya adalah
penarikan peringkat atau rangking dari keempat luasan kuadran yang sudah
dihitung. Kuadran yang memiliki luas terbesar, berarti memiliki rangking
tertinggi, serta berhak mendominasi strategi yang akan dilakukan. Hasil
Rangking Luas Kuadran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel V.7 Luas Matriks dan Prioritas Strategi
Rangking |
Luas Matrik |
Kuadran |
Prioritas Strategi |
1 |
8.288 |
IV |
Diversifikasi (ST) |
2 |
6.58 |
III |
Defensif (WT) |
3 |
6.453 |
I |
Agresif (SO) |
4 |
-5.123 |
II |
Turnarround (WO) |
Sumber:Data diolah peneliti
7.
Matriks SWOT
Matriks SWOT memberikan alternatif kombinasi
strategi dari masing-masing faktor SWOT ke
dalam 4 jenis kuadran dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:
c.
Kuadran I menggunakan
strategi SO, yaitu berusaha merebut
segala jenis peluang dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Jadi faktor
peluang yang paling rendah (paling berpeluang) memiliki prioritas terbesar
untuk didahulukan dibandingkan dengan peluang yang lain.
d.
Kuadran II menggunakan
strategi WO, yaitu perbaikan internal
guna merebut peluang yang masih mungkin diperoleh dengan adanya perbaikan tadi.
Jadi faktor kelemahan dengan rangking tertinggi (paling lemah) mendapatkan
perhatian yang khusus untuk didahulukan agar peluang yang ada tidak hilang.
e.
Kuadran III menggunakan
strategi WT, yaitu perbaikan internal
dilakukan bukan dengan tujuan merebut peluang, akan tetapi supaya ancaman yang
datang dari lingkungan tidak membuat perusahaan bangkrut. Jadi faktor ancaman
yang memiliki rangking tertinggi (paling mengancam) perlu diperhatikan dulu
dengan memperbaiki faktor kelemahan yang cocok.
f.
Kuadran IV menggunakan
strategi ST, yaitu berusaha
menghadapi ancaman dari lingkungan dengan semaksimal mungkin. Jadi menggali
faktor kekuatan yang rangkingnya terendah (paling kuat) untuk menghadapi
ancaman lingkungan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, Banyan
Tree Ungasan berada pada posisi (titik E) yaitu (0.31;-0.30) yang berada pada
kuadran IV, sehingga strategi yang diterapkan adalah strategi ST (Strengths and Threats). Selain
strategi tersebut dipertimbangkan juga mengenai strategi-strategi lainnya
sesuai dengan tuntutan persaingan. Strategi-strategi tersebut dituangkan ke
dalam Matriks SWOT, yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL V.8
MATRIKS SWOT
IFAS EFAS |
STRENGHTS (S) Variabel-variabel
kekuatan pada TABEL 4.1 |
WEAKNESSES (W) Variabel-variabel
kelemahan pada TABEL 4.2 |
OPPORTUNITIES (O) Variabel-variabel
peluang pada TABEL 4.3 |
STRATEGI
SO - Meningkatkan kerjasama dengan
XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi. - Meningkatkan keamanan di
wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat |
STRATEGI
WO -
Melakukan
peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 4
(empat). -
Melakukan
strategi harga kamar. -
Meningkatkan
promosi dan kemitraan. -
Memperbaiki
sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik. -
Memperluas
lahan parkir. |
THREATS (T) Variabel-variabel ancaman pada TABEL
4.4 |
STRATEGI
ST -
Meningkatkan
akses pasar -
Meningkatkan
kualitas dan variasi untuk makanan dan
minuman -
Strategi
harga makanan dan minuman. -
Meningkatkan
jaringan internet yang handal pada hotel. -
Memperbaiki
layout ruang tunggu hotel -
Memberikan
pelatihan kepada karyawan |
STRATEGI
WT -
Melakukan
strategi kemitraan dengan pesaing. -
Meningkatkan
promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa -
Menterjemahkan
peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan. |
Sumber : Data diolah peneliti
C. Pembahasan
1. Analisis Matriks Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS) dan Matriks
External Factors Analysis Strategies
(EFAS)
a.
Analisis
Matriks Internal Factors Analysis Strategies
(IFAS)
Matriks IFAS digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan faktor internal, dan
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk matriks IFAS pada Banyan Tree Ungasan, adalah total skor kekuatan (Strengths) 2.96, sedangkan total skor
kelemahan (Weaknesses) -2.35. Hal ini
menggambarkan bahwa perusahaan kuat secara internal karena total skor kekuatan
di atas 2.5 dan total skor kelemahan di bawah -2.5, ini berarti perusahaan
masih tetap dapat menjalankan aktivitasnya.
Akan tetapi, pihak manajemen perusahaan harus mampu mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ada, salah satunya adalah dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin kekuatan-kekuatan yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Adapun
kekuatan-kekuatan yang dimaksud, yaitu kualitas
makanan dan minuman dengan konsep halal, tingkat harga makanan dan minuman
terjangkau, lokasi hotel yang strategis, dekat dengan Bandara Ngurah Rai dan Pantai
Melasti, kerahmahtamahan karyawan dalam melayani pelanggan, kemampuan komunikasi
karyawan yang baik dalam melayani pelanggan, brand image hotel yang baik,
jaringan WI-FI yang mengcover seluruh area hotel, layout ruang tunggu hotel
memadai, kepedulian hotel terhadap lingkungan hidup, sosial dan kemasyarakatan,
konsep bangunan hotel yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan konsep budaya
Bali, dan proses pelayanan karyawan cepat dalam melayani pelanggan.
Sedangkan kelemahannya adalah fasilitas
kamar hotel berbintang 5 kurang memadai, tingkat harga kamar hotel tinggi,
pengenalan produk/jasa melalui media internet, brosure, voucher dan media lainnya yang kurang, ketersediaan lahan
parkir yang kurang memadai, tampilan signboard image tidak terlihat, kondisi
fisik gedung hotel yang tidak memadai, sistem informasi yang tidak terintegrasi
pada hotel, penggunaan mesin genset kurang memadai, dan prosedur chek in dan chek out yang kurang memadai
b.
Analisis
Matriks External Factors Analysis Strategies
(EFAS)
Matriks EFAS digunakan untuk merangkum dan
mengevaluasi informasi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan
sosial budaya, pesaing, pelanggan dan hukum/politik. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh untuk matriks EFAS
pada Banyan Tree Ungasan, dengan total skor peluang (Opportunities) 2.18, sedangkan total skor ancaman (Threats) -2.80. Hal ini menggambarkan
bahwa perusahaan kurang memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman
eksternal, karena total skor peluang di bawah 2.5 dan total skor ancaman di
atas -2.5, ini berarti perusahaan harus memilki antisipasi yang lebih tinggi
terhadap segala ancaman yang datang.
Berdasarkan hasil dari matriks EFAS, maka dapat diketahui peluang yang
dimilki oleh Banyan Tree Ungasan, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali
meningkat, pemasangan BTS XL di hotel, tingkat keamanan yang tinggi di wilayah
Kuta, kondisi politik di Indonesia yang kondusif. Sedangkan ancamannya adalah
tingkat pertumbuhan investasi di Bali meningkat, nilai tukar mata uang rupiah
yang tidak stabil, krisis ekonomi dibeberapa Negara Eropa dan Amerika, tingkat
kemacetan yang tinggi, banyaknya hotel bintang 4 dan bintang 5 di kawasan
Badung, peraturan dan kebijakan pemerintah, dan selera konsumen yang
berubah-ubah .
2.
Analisis
Matriks SPACE
Berdasarkan hasil analisis data matriks SPACE diperoleh hasil perhitungan koordinat titik E pertemuan
(0.31;-0.30), ini menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kuadran IV
(diversifikasi) dengan luas kuadran 8.288. Banyan Tree Ungasan memiliki bobot
nilai yang baik dalam lingkungan internal yaitu berada pada posisi Strength dan bobot nilai yang kurang baik
dalam lingkungan eksternal karena berada pada posisi Threats, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada
strategi ST, dengan kata lain meskipun perusahaan menghadapi berbagai
ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).
3. Analisis
Matriks SWOT
Matriks
SWOT merupakan alat yang dipakai
untuk menyusun faktor-faktor strategik lingkungan internal dan lingkungan
eksternal hotel, yang menghubungkan dengan tujuan dan sasaran. Matriks ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yang dapat diambil
oleh pengelola hotel dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Berdasarkan dari identifikasi kekuatan
dan kelemahan dari lingkungan internal, dibandingkan secara sistematis dengan
peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal, maka diperoleh beberapa
alternatif strategi pengembangan usaha. Hasil pengembangan alternatif strategi
pada Matriks SWOT sesuai tabel IV.8,
diperoleh empat set strategi yang dibuat untuk meningkatkan daya saing hotel,
yaitu sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength-Opportunities)
Strategi ini dibuat
berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, sebagai berikut:
1)
Meningkatkan
kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi.
2)
Meningkatkan
keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat.
b. Strategi
WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada, sebagai berikut:
1)
Melakukan
peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5.
2)
Melakukan
strategi harga kamar.
3)
Meningkatkan
promosi dan kemitraan.
4)
Memperbaiki
sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik.
5)
Memperluas
lahan parkir
c. Strategi
WT (Weaknesses-Threats)
Strategi ini
didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman, sebagai berikut:
1)
Melakukan
strategi kemitraan dengan pesaing.
2)
Meningkatkan
promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa.
3)
Menterjemahkan
peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.
d. Strategi
ST (Strength-Threats)
Strategi ini adalah
strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman,
sebagai berikut:
1)
Meningkatakan
akses pasar.
2)
Meningkatkan
kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman.
3)
Strategi
harga makanan dan minuman.
4)
Meningkatkan
jaringan internet yang handal pada hotel.
5)
Memperbaiki
layout ruang tunggu hotel.
6)
Memberikan
pelatihan kepada karyawan.
4. Analisis
Sebab Akibat
Ishikawa, 1990 menggambarkan tentang
diagram tulang ikan karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong
kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau
akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Berdasarkan hasil
penelitian maka diperoleh beberapa alternatif strategi pilihan seperti gambar
berikut:
Gambar 4.3 Diagram Tulang Ikan (Sebab Akibat) pada Banyan Tree Ungasan
Daya Saing 1 2 3 4 13 8 7 6 5 12 11 10 9 14 15 16
Untuk meningkatkan daya
saing (tingkat hunian), maka perlu dilakukan analisis sebab akibat. Berikut
akan dijabarkan strategi yang dapat dipilih sebagai berikut:
1)
Meningkatkan
akses pasar
Meningkatkan akses pasar merupakan salah satu upaya perusahaan dalam
memperluas pangsa pasarnya. Untuk itu strategi yang perlu dilakukan oleh
menajemen hotel adalah dengan memperluas tempat-tempat pemasaran di luar negeri
ataupun di dalam negeri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hunian kamar
dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
2)
Meningkatkan
kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman
Makanan
dan minuman yang ditawarkan oleh Banyan Tree Ungasan perlu ditingkatkan baik
dari segi kualitas ataupun variasinya, karena tidak dapat dipungkiri variasi
kuliner saat ini sangat berkembang pesat dengan tetap menjamin kualitas. Untuk
itu manajemen hotel harus memiliki program yang tepat, yaitu dengan menyajikan
menu makanan dan minuman yang bervarisai dan tentunya tetap berkualitas. Selain
itu upaya lainnya adalah setiap makanan dan minuman memiliki rasa yang khas
yang tidak ada di tempat lain, sehingga akan menimbulkan ciri khas tersendiri
terhadap makanan dan minuman tersebut, dengan begitu akan menimbulkan kepuasan
tersendiri dari para tamu saat menginap di Banyan Tree Ungasan. Tamu yang puas,
besar kemungkinan akan datang dan kembali ke Banyan Tree Ungasan. Dengan begitu
tingkat hunian kamar dapat meningkat, yang berdampak pula dalam peningkatan
pendapatan perusahaan.
3)
Strategi
harga makanan dan minuman
Strategi
harga makanan dan minuman perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun
program yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen hotel yaitu dengan 3 strategi
:
a)
Penetapan
harga diskon/ potongan harga, yaitu mendiskon dari harga penjualan tertentu, misalnya
pembelian dalam jumlah banyak akan diberi potongan dalam bentuk presentase
tertentu.
b)
Penetapan
harga psikologis, yaitu penetapan harga untuk menarik konsumen, misalnya
makanan dan minuman dihargai Rp 59.999 lebih menarik dari pada Rp 60.000 .
c)
Penetapan
harga promosi, yaitu dilakukan dengan menetapkan harga lebih rendah dari pada
yang tertera dalam daftar harga. Misalanya : untuk menu baru, di awal-awal
dijual dengan harga yang lebih murah.
Program-program
tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan, yang disesuaikan dengan harga
pesaing, pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Dan diharapkan dapat menarik
minat konsumen sehingga upaya peningkatan hunian kamar dapat terwujud, demi
peningkatan pendapatan perusahaan.
4)
Meningkatkan
jaringan internet yang handal pada hotel
Meningkatkan
jaringan internet yang handal pada hotel merupakan salah satu upaya
meningkatkan kepuasan para tamu, karena di jaman ini teknologi internet
merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen dalam berkomunikasi maupun
memperoleh informasi. Untuk itu jaringan hotel haruslah memiliki kualifikasi
yang baik agar konsumen tidak kecewa dan merasa sangat nyaman menginap di Banyan
Tree Ungasan. Untuk itu adapun program yang perlu dilakukan oleh manajemen
hotel adalah menyediakan media untuk akses internet di setiap kamar hotel. Hal
ini akan berdampak positif bagi perusahaan, karena dapat meningkatakan tingkat
hunian hotel yang sekaligus merupakan pendapatan bagi perusahaan.
5)
Memperbaiki
layout ruang tunggu hotel
Melakukan
perbaikan layout ruang tunggu merupakan upaya dalam meningkatkan tingkat hunian
kamar, karena kenyamanan konsumen saat berada di ruang tunggu sangat erat
dengan image yang dimiliki oleh
perusahaan. Untuk itu peruasahaan haruslah memperhatikan hal ini agar pelanggan
merasa nyaman saat berada di ruang tunggu. Adapun program yang perlu dilakukan
oleh manajemen hotel seperti: mendekorasi ruang tunggu hotel sesuai dengan konsep
bangunan hotel yang berbudaya Bali. Dengan dilakukannya program tersebut
diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar yang berdampak pada
peningkatan pendapatan hotel.
6)
Memberikan
pelatihan kepada karyawan.
Salah
satu program yang penting dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan pelatihan
kepada karyawan secara terus-menerus, yang bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas, efisiensi dan aktifitas dari karyawan, apalagi dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Hal ini tentu
saja harus dilakukan oleh perusahaan, dengan harapan mampu menjadikan karyawan
yang berdaya saing, yang mampu memberikan kepuasan kepada para tamu sehingga
mampu mendukung perusahaan dalam upaya meningkatkan hunian kamar sehingga
pendapatan perusahaan meningkat.
7)
Meningkatkan
kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan komunikasi.
Seperti
diketahui signal XL di Banyan Tree tidak bagus, untuk itu perlu dilakukan
peningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan
komunikasi yang berdampak pada kuatnya signal XL bagi tamu di hotel. Hal ini
merupakan salah satu program yang dilakukan oleh manajemen hotel yang berupaya
dalam meningkatkan tingkat hunian kamar.
8)
Meningkatkan
keamanan di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat.
Salah
satu program yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah meningkatkan keamanan
di wilayah hotel dengan bekerjasama dengan desa adat. Hal ini merupakan salah
satu upaya untuk menarik para tamu sehingga tingkat hunian hotel diharapkan
meningkat, mengingat tragedi bom Bali tahun 2002 yang masih menyisakan trauma
pada para tamu. Diharapkan dengan adanya tingkat keamanan yang diperketat dan
lebih tinggi, dapat menjadikan para tamu merasa aman saat berada di Banyan Tree
Ungasan, hal ini berarti sekaligus menguntungkan perusahaan, dalam upaya
meningkatkan tingkat hunian kamar.
9)
Melakukan
peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5
Melakukan
peningkatan fasilitas pada hotel sesuai dengan ketentuan hotel bintang 5,
didasarkan pada kondisi hotel saat ini, yaitu fasilitas tv, mini bar, furniture di kamar dan restaurant yang perlu diperbaharui.
Untuk itu manajemen hotel perlu melakukan program perbaikan terhadap hal
tersebut. Dengan diadakan peningkatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan
daya saing hotel sehingga mampu meningkatkan tingat hunian kamar.
10)
Melakukan
strategi harga kamar.
Strategi
harga kamar, perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun program yang
perlu dilakukan oleh pihak manajemen hotel yaitu dengan 3 strategi :
a)
penetapan
harga diskon/ potongan harga, yaitu mendiskon dari harga penjualan tertentu,
misalnya sewa kamar dalam jumlah banyak akan diberi potongan dalam bentuk
presentase tertentu.
b)
Penetapan
harga psikologis, yaitu penetapan harga untuk menarik konsumen, misalnya sewa
kamar dihargai Rp 499.999 lebih menarik dari pada Rp 500.000 .
c)
Penetapan
harga promosi, yaitu dilakukan dengan menetapkan harga lebih rendah dari pada
yang tertera dalam daftar harga. Misalnya : pemberian promosi dengan cara harga
sewa kamar 3 hari dibayar 2 hari. Program-program tersebut dapat dilakukan oleh
perusahaan, yang disesuaikan dengan harga pesaing, pelayanan dan fasilitas yang
diberikan. Dan diharapkan dapat menarik minat konsumen sehingga upaya
peningkatan hunian kamar dapat terwujud, demi peningkatan pendapatan
perusahaan.
11)
Meningkatkan
promosi dan kemitraan.
Peningkatan
promosi perlu ditingkatkan, baik melaui media internet, brosure, voucher maupun media lainnya. Program yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan promosi adalah memberikan potongan harga kepada tamu yang
sering menginap, memberikan paket special bagi tamu yang sedang honey moon, dan memaksimalkan tampilan
Web Site Banyan Tree Ungasan dengan menampilkan setiap promosi yang ada dalam
periode tertentu dan mengupdate
tampilan Web Site agar lebih menarik. Selain itu pihak manajemen perlu
meningkatkan kemitraan dengan agen-agen travel,
dengan memberikan kepercayaan dan memberikan komisi yang lebih tinggi dibanding
dengan perusahaan pesaing lainnya. Dengan dilakukannya program tersebut
diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar yang berdampak pada
peningkatan pendapatan hotel.
12)
Memperbaiki
sistem informasi pada hotel agar terintegrasi dengan baik.
Memperbaiki
sistem informasi sangat penting untuk kehandalan informasi yang disajikan oleh
perusahaan. Selama ini Banyan Tree masih menggunakan sistem manual dalam
beroperasi seperti pada bagian pembelian barang dan gudang sering terjadi
masalah. Untuk itu adapun program yang sebaiknya dilakukan oleh menajemen hotel
adalah melakukan perubahan sistem informasi yang lebih terintegrasi dan canggih
sehingga informasi yang diperoleh di setiap departemen lebih cepat dan tepat.
Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing
hotel, sehingga diharapkan tingkat hunian kamar meningkat yang berdampak pada
peningkatan pendapatan hotel.
13)
Memperluas
lahan parkir
Dengan
memperluas lahan parkir yang ada saat ini, sangat mendukung adanya fasilitas
dari Banyan Tree Ungasan, untuk itu program yang perlu dilakukan adalah perlu
disiapkan lahan yang memadai untuk perluasan parkir sehingga para tamu yang
menginap dapat nyaman dan aman ketika memarkir kendaraannya. Dengan
dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian
kamar yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.
14)
Melakukan
strategi kemitraan dengan pesaing
Melakukan
strategi kemitraan dengan pesaing merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
tingkat hunian kamar, yaitu dengan program menjalin kerjasama dengan para
pesaing dalam mengisi tingkat hunian kamar, seperti: apabila kamar hotel pada Banyan
Tree Ungasan penuh maka akan di supply
ke hotel pesaing yang bekerjasama, dan sebaliknya apabila kamar hotel pesaing
yang penuh akan di supply ke Banyan
Tree Ungasan, tentu saja dengan memberikan komisi sesuai kesepakatan kedua
belah pihak. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan
tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada peningkatan pendapatan hotel.
15)
Meningkatkan
promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa
Meningkatkan
promosi ke negara-negara di Amerika dan Eropa penting, karena data terakhir
selama tahun 2011, yang mendominasi tingkat hunian di Banyan Tree Ungasan adalah
Australia yaitu sebesar 41%, Eropa sebesar 22%, dan sisanya 37 % adalah Asia.
Untuk itu perlu dilakukan program dalam upaya meningkatakan pangsa pasar di
Negara-Negara Eropa dan Amerika yaitu dengan memberikan promosi yang lebih
intensif dan memberikan promosi baik dari segi harga, fasilitas dan hiburan
sehingga dapat menarik minat wisatawan Eropa dan Amerika untuk menginap dan
mengenal Banyan Tree Ungasan di Bali. Dengan dilakukannya program tersebut
diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada
peningkatan pendapatan hotel.
16)
Menterjemahkan
peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan
Peraturan
dan kebijakan pemerintah merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh
manajemen Banyan Tree Ungasan dalam mengembangkan usahanya. Namun hal ini dapat
di atasi oleh manajemen hotel, apabila setiap peraturan dan kebijakan
pemerintah yang dianggap berpengaruh terhadap hotel dituangkan ke dalam
kebijakan perusahaan. Sehingga kedisiplinan akan tercipta di lingkungan hotel,
serta diharapkan Banyan Tree Ungasan terjauhkan dari permasalahan hukum. Hal
ini tentu saja akan menciptakan image positif dari para tamu terhadap Banyan
Tree Ungasan. Dengan dilakukannya program tersebut diharapkan dapat
meningkatkan tingkat hunian kamar hotel yang berdampak pada peningkatan
pendapatan hotel.
BAB
VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pada bab IV , maka strategi
yang dapat meningkatkan daya saing dalam upaya meningkatkan tingkat hunian
kamar pada Banyan Tree Ungasan adalah meningkatkan akses pasar,
meningkatkan kualitas dan variasi untuk makanan dan minuman, strategi harga
makanan dan minuman, meningkatkan jaringan internet yang handal pada Hotel,
memperbaiki layout ruang tunggu Hotel, memberikan pelatihan kepada karyawan,
meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas dan memperbaiki jaringan
komunikasi, meningkatkan keamanan di wilayah Hotel dengan bekerjasama dengan
desa adat, melakukan peningkatan fasilitas pada Hotel sesuai dengan ketentuan Hotel
bintang 5, melakukan strategi harga kamar, meningkatkan promosi dan kemitraan,
memperbaiki sistem informasi pada Hotel agar terintegrasi dengan baik,
memperluas lahan parkir, melakukan strategi kemitraan dengan pesaing,
meningkatkan promosi ke Negara-negara di Amerika dan Eropa, menterjemahkan
peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil
penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran atau masukan bagi
manajemen Banyan Tree Ungasan untuk meningkatkan daya saing dalam upaya
meningkatkan tingkat hunian kamar, adalah dengan mengoperasikan
strategi-strategi yaitu meningkatkan akses pasar, meningkatkan
kualitas dan variasi untuk makanan dan
minuman, strategi pemasaran dengan mengiklankan di seluruh social media
yang ada, strategi harga makanan dan minuman, meningkatkan jaringan internet
yang handal pada Hotel, memperbaiki layout ruang tunggu Hotel, memberikan
pelatihan kepada karyawan, meningkatkan kerjasama dengan XL untuk memperluas
dan memperbaiki jaringan komunikasi, meningkatkan keamanan di wilayah Hotel
dengan bekerjasama dengan desa adat, melakukan peningkatan fasilitas pada Hotel
sesuai dengan ketentuan Hotel bintang 4 (empat), melakukan strategi harga
kamar, meningkatkan promosi dan kemitraan, memperbaiki sistem informasi pada Hotel
agar terintegrasi dengan baik, memperluas lahan parkir, melakukan strategi
kemitraan dengan pesaing, meningkatkan promosi ke Negara-negara di Amerika dan
Eropa, menterjemahkan peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan
perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gammahendra, F., Hamid, D., & Riza, M. F. 2014. Pengaruh
Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi
Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri). Jurnal Administrasi
Bisnis, 7(2), 1–10.
Ginting,
Chandra. 2006. Analisis SWOT Pada Hotel
Danau Toba Medan. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Gunawan.
2007. Hotel Puncak dalam Pemngembangannya. Skripsi Program Studi Arsitektur.
Fakultas Teknik. Malang : Universitas Brawijaya. (tidak dipublikasikan).
Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Gahlia Indonesia.
Ishikawa, Kaoru. 1990. Pengendalian Mutu Terpadu. Diterjemahkan oleh Budi Santoso. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Jayanti, Dewi. 2011. Analisis SWOT Sebagai Strategi Meningkatkan
daya Saing Pada Hotel Cherry Pink. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara
Kotler,
Philip & A.B. Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia Jilid Satu. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Muhammad,
Bams. 2003. Hotel Sebagai Alternatif untuk Bermusyawarah. Jakarta: Satya Wacana
Nurul Anwar, Supadi, Rahab, dan Lasmedi
Afuan. 2013, Strategy to Increase
Competitiveness of Batik Banyumasan. Dalam International
Journal of Business and Social Science. 4 (4): h: 305-311.
Porter,
Michael A. 1992. Competitive Strategy: Techniques for analyzing industries
and competitors, New York: The Free Press, New York: The Free Press.
Rangkuti,
Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti,
Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rahmani Seryasat M., Hajari B., Karimian
T., dan Hajilo M. 2013, Rural Tourism Development Strategies Using SWOT
Analysis: Case Study. Dalam Life Science
Journal 2013. 10 (4): h: 395-403.
Rizsky, Ramadhan Nourlette & Shinta
Wahyu Hati. 2017, Penentuan
Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT
Pada Hotel Nongsa Point Marina
& Resort dalam
Menghadapi Persaingan Bisnis. Dalam
Jurnal Inovasi dan Bisnis. 5 (1): h: 83-102.
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bandung. Bandung:
IKAPI.
Sulastiyono,
Agus. 2008. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumihardjo,
Tumar. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing
Berbasis Potensi Daerah. Jakarta:
Fokusmedia.
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Jakarta:
Bayumedia.
Wordpress.com.2010
Zimmerer, Thomas W, dan
Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis
Kecil. Jakarta: Penerbit Prehalindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar